Revolusi Sertifikasi Guru Kemenag: Puluhan Ribu Pendidik Tempuh PPG Digital, Wujudkan Mimpi Profesionalisme!
Halo, para pembaca yang hebat! Mari kita bayangkan sejenak. Jika Anda seorang guru, mungkin Anda pernah mendengar cerita, atau bahkan mengalaminya sendiri, bagaimana mendapatkan sertifikasi profesi dulu terasa seperti mengejar fatamorgana. Antrean panjang, penantian puluhan tahun, seolah menjadi bagian tak terpisahkan dari perjuangan menjadi guru profesional. Namun, bagaimana jika saya mengatakan bahwa kini semua itu bukan lagi mimpi, melainkan sebuah kenyataan yang sedang bergulir?
![]() |
https://pendis.kemenag.go.id/direktorat-guru-dan-tenaga-kependidikan/puluhan-ribu-guru-kemenag-kejar-kesempatan-dapatkan-sertifikasi |
Tepat pada Rabu, 2 Juli 2025, pukul 22:15 WIB, Kementerian Agama mengukir sejarah baru dalam dunia pendidikan. Sebanyak lebih dari 33 ribu guru resmi memulai perjalanan penting mereka dalam Pendidikan Profesi Guru (PPG) Dalam Jabatan Batch II tahun 2025. Ini bukan program biasa, teman-teman. Ini adalah transformasi digital berskala nasional yang mengusung konsep pembelajaran mandiri, menjadi langkah monumental dalam reformasi sertifikasi guru di lingkungan pendidikan keagamaan. Bayangkan, puluhan ribu guru kini punya kesempatan emas untuk menjadi profesional, tanpa harus menunggu puluhan tahun! Ini sebuah gebrakan yang patut kita acungi jempol.
Dulu 30 Tahun, Kini Cukup dari Rumah: Membedah Revolusi PPG Digital
Anda mungkin bertanya-tanya, bagaimana bisa perubahan ini terjadi begitu drastis? Ketua Panitia Nasional PPG, Thobib Al-Asyhar, saat membuka secara resmi PPG Dalam Jabatan Batch II tahun 2025 yang dikhususkan bagi guru mata pelajaran umum ini, dengan tegas menyatakan bahwa PPG 2025 adalah terobosan besar dalam sejarah pendidikan guru.
"Dulu, mengikuti PPG bisa butuh antrean hingga 30 tahun. Sekarang, cukup dari rumah, guru bisa belajar mandiri, menjalani uji kompetensi, dan mendapat sertifikasi resmi—semuanya lewat platform digital berbasis LMS," jelas Thobib.
Inilah kuncinya: platform digital berbasis Learning Management System (LMS) dan pembelajaran daring. Kemenag berhasil menepis model lama yang menuntut guru menunggu antrean begitu lama. Ini adalah solusi cerdas yang memanfaatkan teknologi untuk menjangkau lebih banyak guru secara efisien. "Sistem digital membuat kita bisa menjangkau ribuan guru sekaligus, lebih hemat biaya, tanpa mengorbankan kualitas," tegas Thobib.
Coba kita renungkan sejenak. Ini bukan sekadar efisiensi biaya, lho. Ini tentang aksesibilitas dan kesetaraan kesempatan. Guru-guru yang berada di daerah terpencil, yang mungkin kesulitan datang ke pusat pelatihan, kini bisa belajar dari rumah masing-masing. Mereka bisa mengatur waktu belajar mereka sendiri, menyesuaikan dengan jadwal mengajar dan tugas keluarga. Ini adalah bentuk pemberdayaan guru yang sesungguhnya, menjadikan mereka pembelajar sejati yang mandiri dan bertanggung jawab penuh atas peningkatan kompetensinya, seperti yang diungkapkan oleh Fathu Yasik, Sekretaris Panitia Nasional PPG.
PPG 2025 juga mengadopsi seleksi administratif sebagai bentuk afirmasi bagi guru-guru lama. Ini adalah bentuk penghargaan atas dedikasi dan pengabdian mereka selama bertahun-tahun. Selain itu, program ini menerapkan beban belajar 36 SKS, dengan kombinasi RPL (Rekognisi Pembelajaran Lampau) dan pembelajaran inti. Artinya, pengalaman mengajar guru juga diakui dan diintegrasikan dalam proses pembelajaran. Semua proses berlangsung tanpa tatap muka, memperkuat fleksibilitas tanpa mengurangi kedalaman materi. Ini adalah adaptasi cerdas di era digital yang menjamin kualitas tanpa mengorbankan kenyamanan.
Integritas dan Karakter: Pondasi Guru Profesional di Era Digital
Meskipun program ini mengandalkan teknologi, Kemenag tidak sedikit pun mengabaikan nilai-nilai esensial dalam pendidikan. Program ini secara khusus menekankan pentingnya integritas dan nilai karakter. Peserta dilarang keras menggunakan joki, dan diharapkan mengikuti seluruh proses secara jujur dan penuh kesungguhan.
![]() |
https://pendis.kemenag.go.id/direktorat-guru-dan-tenaga-kependidikan/puluhan-ribu-guru-kemenag-kejar-kesempatan-dapatkan-sertifikasi |
Ini adalah pesan yang sangat kuat. Di tengah kemudahan yang ditawarkan teknologi, godaan untuk mencari jalan pintas mungkin muncul. Namun, Kemenag menegaskan bahwa seorang guru profesional tidak hanya cerdas secara kognitif, tetapi juga harus memiliki integritas moral yang tinggi. Bagaimana mungkin seorang guru mengajarkan kejujuran jika mereka sendiri tidak jujur dalam proses sertifikasinya? Ini adalah fondasi etika profesi yang tak bisa ditawar. Integritas adalah cermin karakter, dan karakter adalah hal yang paling krusial bagi seorang pendidik.
Guru Madrasah: Mengintegrasikan Ilmu dan Nilai Keislaman
Ada poin menarik lainnya yang ditekankan dalam PPG ini, khususnya bagi guru mata pelajaran umum di madrasah. Mereka dituntut untuk mampu mengintegrasikan nilai keislaman ke dalam proses pembelajaran. Ini menjadikan peran guru madrasah berbeda dari guru di sekolah umum, memberikan nilai tambah yang unik dan relevan dengan identitas pendidikan Islam di Indonesia.
Kolaborasi dengan guru mata pelajaran agama juga ditekankan. Tujuannya sangat jelas: mencetak lulusan yang unggul, moderat, dan religius. Thobib Al-Asyhar bahkan menginspirasi dengan menyebutkan nama-nama besar dari sejarah Islam: "Kita ingin melahirkan generasi seperti Ibnu Sina, Al-Khawarizmi—yang berpikir saintifik sekaligus spiritual. Dan itu butuh guru luar biasa.”
Pesan ini sangat mendalam, bukan? Ini bukan hanya tentang mengajarkan fisika atau matematika, tetapi juga tentang menanamkan nilai-nilai keagamaan, etika, dan moralitas dalam setiap ilmu yang disampaikan. Guru madrasah memiliki tanggung jawab besar untuk membentuk generasi yang memiliki kecerdasan intelektual tinggi sekaligus kedalaman spiritual. Mereka harus mampu menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan dan agama bukanlah dua entitas yang terpisah, melainkan saling melengkapi dan menguatkan untuk menciptakan peradaban yang maju dan bermartabat. Ini adalah tantangan sekaligus peluang besar bagi guru-guru madrasah untuk mencetak generasi muslim yang holistik.
Lebih dari Sekadar Pelatihan Teknis: Ruang Transformasi Diri
Kita sering melihat pelatihan sebagai sarana untuk meningkatkan keterampilan teknis. Namun, Kemenag memposisikan PPG ini jauh melampaui itu. PPG ini adalah ruang transformasi diri. Guru diharapkan menjadi pendidik sejati—bukan hanya pengajar, tetapi juga agen perubahan peradaban.
"Sentuhan pribadi guru tak bisa digantikan teknologi," pesan Thobib menutup arahannya. "Karena itu, guru harus terus belajar, rendah hati, dan mampu beradaptasi di tengah perubahan zaman."
Pernyataan ini adalah sebuah refleksi mendalam tentang esensi profesi guru di era yang terus berubah. Meskipun teknologi semakin canggih dan bisa melakukan banyak hal, sentuhan manusia, empati, dan kemampuan untuk menginspirasi tidak akan pernah bisa ditiru oleh algoritma. Seorang guru yang sejati adalah pembelajar sepanjang hayat, selalu haus akan ilmu baru, dan memiliki kerendahan hati untuk terus memperbaiki diri. Mereka adalah teladan yang menunjukkan bagaimana menghadapi perubahan dengan adaptasi dan inovasi, sambil tetap berpegang pada nilai-nilai luhur. Mereka adalah agen perubahan yang tidak hanya mentransfer pengetahuan, tetapi juga membentuk karakter dan memajukan peradaban.
Dukungan Mitra dan Harapan untuk Masa Depan
Program PPG Dalam Jabatan Batch II tahun 2025 ini difokuskan pada guru mata pelajaran umum dan melibatkan 14 LPTK mitra dari perguruan tinggi binaan Kemendikbudristek. Sebut saja nama-nama besar seperti UNJ, UPI, UNY, Unesa, UNM, hingga UNNES. Ini menunjukkan kolaborasi lintas kementerian yang kuat untuk mencapai tujuan bersama: meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
Sekretaris Panitia Nasional PPG, Fathu Yasik, merinci jumlah peserta yang sangat beragam:
- 32.923 guru dari madrasah
- 961 guru dari Bimas Kristen
- 42 guru dari Bimas Katolik
- 262 guru dari Hindu
Angka-angka ini menunjukkan skala dan inklusivitas program ini. Ini bukan hanya untuk satu kelompok, melainkan untuk seluruh guru di bawah naungan Kementerian Agama, lintas agama dan keyakinan. Ini adalah bukti nyata komitmen Kemenag untuk meningkatkan kualitas pendidik secara merata.
"PPG ini bukan sekadar pelatihan, tapi momentum perubahan," ungkap Yasik. "Guru didorong menjadi pembelajar sejati yang mandiri dan bertanggung jawab penuh atas peningkatan kompetensinya."
Mari Sambut Era Baru Guru Profesional!
Jadi, para pembaca, kita sedang berada di ambang era baru dalam pendidikan guru di Indonesia. Kementerian Agama telah menunjukkan jalan, membuka peluang yang sebelumnya terasa sulit diraih. Puluhan ribu guru kini memiliki kesempatan untuk mengasah diri, meningkatkan kompetensi, dan pada akhirnya, mendapatkan pengakuan sebagai guru profesional.
Ini adalah kabar baik bagi kita semua. Dengan guru-guru yang semakin profesional, berintegritas, dan mampu mengintegrasikan nilai-nilai luhur dalam pengajarannya, kita bisa berharap akan lahir generasi penerus bangsa yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berkarakter kuat, moderat, dan religius. Mereka adalah bibit-bibit unggul yang akan melanjutkan estafet pembangunan peradaban.
Bagaimana menurut Anda, bukankah ini adalah sebuah langkah maju yang luar biasa? Mari kita dukung penuh program-program seperti ini dan terus berikan semangat kepada para guru yang tak kenal lelah mengabdi untuk masa depan pendidikan kita!