Revolusi Pendidikan Dimulai! UIN Bandung Kukuhkan 1.496 Guru Profesional Pengusung "Kurikulum Berbasis Cinta"
Halo, para pembaca yang mencintai pendidikan dan peduli terhadap masa depan generasi bangsa! Pernahkah Anda membayangkan seorang guru yang tidak hanya mengajar dengan cerdas, tetapi juga dengan hati yang tulus? Seorang pendidik yang mampu menebarkan kasih sayang, keadilan, dan cinta di setiap sudut kelas? Impian ini kini semakin nyata, karena UIN Sunan Gunung Djati Bandung baru saja mengukuhkan ribuan guru profesional yang siap menjadi agen perubahan, mengusung sebuah paradigma baru: "Kurikulum Berbasis Cinta"!
Pada Kamis, 3 Juli 2025, Aula Gedung PPG Kampus 2 UIN Sunan Gunung Djati Bandung menjadi saksi bisu sebuah momen bersejarah. Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) UIN Sunan Gunung Djati Bandung menggelar pengukuhan guru profesional bagi 1.496 peserta Pendidikan Profesi Guru (PPG) dalam Jabatan Kelulusan Ujian Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Guru (UKMPPG) Periode 1 Tahun 2025. Proses pengukuhan ini berlangsung secara hybrid, menggabungkan kehadiran fisik dengan partisipasi daring, menunjukkan adaptasi dengan kemajuan teknologi.
Pengukuhan ini bukan sekadar seremoni biasa, teman-teman. Ini adalah tonggak penting yang menandai kesiapan para guru untuk mengemban tanggung jawab sebagai pendidik profesional yang tidak hanya menguasai materi ajar, tetapi juga memiliki misi mulia: membentuk karakter dan nilai spiritual peserta didik. Para guru yang dikukuhkan ini telah menempuh rangkaian panjang pendidikan profesi, sebuah hasil kerja keras dan kolaborasi apik antara LPTK UIN Sunan Gunung Djati Bandung dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI.
![]() |
https://ppg.kemenag.go.id/news/detail/bSIYJ/nasional |
Pembangun Peradaban: Guru Bukan Sekadar Penyampai Pengetahuan
Kehadiran langsung Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, Amien Suyitno, dalam acara ini menegaskan betapa strategisnya peran guru yang baru dikukuhkan. Dalam arahannya, Amien Suyitno tidak hanya memberikan apresiasi kepada seluruh peserta yang dinyatakan lulus, tetapi juga menekankan sebuah filosofi penting: pendidikan yang berlandaskan nilai-nilai kemanusiaan.
"Guru bukan sekadar penyampai pengetahuan, tapi juga pembangun peradaban. Dalam konteks pendidikan Islam, guru harus menjadi pelita yang menebarkan kasih sayang, keadilan, dan cinta,” tegasnya. Pernyataan ini mengajak kita merenung, betapa mulianya profesi guru. Mereka bukan hanya mentransfer informasi dari buku ke pikiran siswa, tetapi menanamkan nilai-nilai luhur yang akan membentuk pribadi, masyarakat, bahkan peradaban.
Inilah mengapa Amien Suyitno dengan bangga memperkenalkan sebuah paradigma baru yang akan menjadi jiwa pendidikan Islam ke depan: Kurikulum Berbasis Cinta (KBC). Menurutnya, pendidikan yang dilandasi cinta akan melahirkan generasi yang utuh secara intelektual, emosional, dan spiritual. "Kurikulum Berbasis Cinta adalah respons terhadap kekhawatiran menurunnya karakter dalam dunia pendidikan. Guru profesional harus menjadi garda terdepan dalam menghadirkan pendidikan yang memanusiakan manusia dan mampu mencontohkan akhlak yang mulia,” jelasnya.
Mari kita pahami esensi dari KBC ini. Di tengah derasnya arus informasi dan tantangan moral, karakter generasi muda menjadi perhatian serius. KBC hadir sebagai jawaban, sebuah pendekatan yang mengedepankan empati, kepedulian, dan cinta yang tulus. Melalui pendekatan ini, Kementerian Agama berharap para guru tidak hanya mendidik dengan kecerdasan intelektual, tetapi dengan empati, kepedulian, dan cinta yang tulus kepada peserta didik. Ini berarti guru tidak hanya mengajar mata pelajaran, tetapi juga mengajarkan bagaimana menjadi manusia seutuhnya, berakhlak mulia, dan berhati kasih.
Bayangkan sebuah kelas di mana guru mengajar dengan sepenuh hati, memahami setiap kebutuhan siswa, dan menciptakan lingkungan belajar yang penuh kasih sayang. Ini akan melahirkan siswa yang tidak hanya pintar, tetapi juga memiliki integritas, empati, dan kepedulian sosial. Mereka akan menjadi individu yang siap menghadapi dunia dengan kecerdasan akal dan kelembutan hati.
Ikrar Mulia Sang Guru Profesional: Komitmen Sepanjang Hayat
Momen paling sakral dalam acara ini adalah Ikrar Pengukuhan Guru Profesional. Proses pengukuhan 1.496 Guru Pendidikan Agama Islam ini dilakukan langsung oleh Plh. Rektor UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Tedi Priatna. Dengan khidmat, Tedi Priatna mengukuhkan para lulusan:
“Pada hari ini, Kamis tanggal 3 Juli 2025, saya Plh. Rektor UIN Sunan Gunung Djati Bandung, mengukuhkan saudara-saudari yang telah lulus uji kompetensi Mahasiswa Pendidikan Profesi Guru (PPG) dalam jabatan periode 1 tahun 2025 LPTK UIN Sunan Gunung Djati sebagai Guru Profesional.”
Pengukuhan ini dilanjutkan dengan ikrar yang dibacakan secara bersama oleh para guru profesional. Setiap kata dalam ikrar ini mengandung makna dan komitmen yang mendalam:
Kami guru profesional, akan menjunjung tinggi akhlakul karimah, sehingga layak menjadi teladan yang baik bagi peserta didik dan masyarakat. Ini adalah fondasi utama. Seorang guru adalah teladan. Integritas dan akhlak mulia menjadi modal utama dalam membentuk karakter siswa.
Kami guru profesional, akan melaksanakan tugas guru profesional dengan sungguh-sungguh dan bertanggung jawab sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ini adalah komitmen terhadap profesionalisme, disiplin, dan kepatuhan hukum. Guru profesional bekerja dengan etika dan tanggung jawab penuh.
Kami guru profesional, akan senantiasa belajar dan mengembangkan keprofesian sepanjang hayat. Dunia pendidikan terus berkembang. Ikrar ini menekankan pentingnya lifelong learning. Guru tidak boleh berhenti belajar, harus selalu up-to-date dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan metode pengajaran terbaru.
“Demikianlah, kata-kata pengukuhan sebagai guru profesional bagi mahasiswa PPG dalam jabatan yang dinyatakan lulus UKMPPG periode 1 tahun 2025 LPTK UIN Sunan Gunung Djati Bandung,” tutup Tedi Priatna. Ini adalah janji yang tulus, diucapkan di hadapan para pimpinan dan disaksikan oleh seluruh hadirin, sebuah komitmen yang akan terus melekat dalam setiap langkah mereka sebagai pendidik.
Guru yang Menginspirasi: Lebih dari Sekadar Pengajar
Dalam sambutannya, Tedi Priatna menegaskan bahwa pengukuhan guru profesional ini bukanlah sekadar acara seremonial, melainkan bentuk pengakuan resmi terhadap kompetensi profesional guru. "Pengukuhan ini bukan hanya simbolik, tetapi merupakan pengakuan atas komitmen dan integritas tinggi yang telah ditunjukkan para peserta melalui proses seleksi, pelatihan, dan uji kompetensi,” tegasnya. Ini berarti para guru ini telah melewati serangkaian ujian yang ketat dan terbukti memiliki standar kompetensi yang tinggi.
Tedi juga mengutip pesan kuat dari Malala Yousafzai, aktivis pendidikan dan peraih Nobel Perdamaian termuda: “One child, one teacher, one book, one pen can change the world.” Artinya, satu anak, satu guru, satu buku, dan satu pena bisa mengubah dunia. Sebuah pesan yang sangat menginspirasi, menunjukkan betapa besar dampak yang bisa dihasilkan oleh seorang guru.
Wakil Rektor II ini juga mengingatkan pesan moral dari William Arthur Ward, seorang penulis dan motivator ulung: “The mediocre teacher tells. The good teacher explains. The superior teacher demonstrates. The great teacher inspires.” Atau dalam bahasa Indonesia, "Guru yang biasa-biasa saja memberi tahu. Guru yang baik menjelaskan. Guru yang bagus menunjukkan bagaimana caranya. Tetapi guru yang luar biasa menginspirasi murid-muridnya."
Pesan ini sangat relevan bagi para guru yang baru dikukuhkan. Tantangan ke depan sangat besar, terutama dalam mengantarkan bangsa menuju Indonesia Emas 2045. Tantangan ini mencakup:
Transformasi digital: Guru harus mampu memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran.
Diferensiasi pembelajaran: Guru harus mampu mengajar dengan berbagai metode untuk mengakomodasi keberagaman gaya belajar siswa.
Inklusivitas: Guru harus mampu menciptakan lingkungan belajar yang ramah bagi semua siswa, termasuk yang berkebutuhan khusus.
Penguatan karakter peserta didik: Guru harus menjadi teladan dan pembimbing dalam membentuk karakter siswa yang kuat dan berakhlak mulia.
Menyikapi tantangan ini, Tedi Priatna menyampaikan tiga harapan utama kepada para guru yang telah dikukuhkan:
Menjadi agen perubahan (change agent) di sekolah dan masyarakat. Guru bukan hanya mengikuti perubahan, tetapi menciptakan perubahan positif.
Konsisten menjunjung nilai-nilai profesionalisme, etika, dan kebhinekaan. Integritas dan penghargaan terhadap keberagaman adalah kunci.
Terus mengembangkan budaya belajar sepanjang hayat (lifelong learning). Belajar adalah proses tanpa henti bagi seorang guru profesional.
Tedi juga tidak lupa menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak yang telah mendukung kesuksesan PPG ini: “Saya atas nama pimpinan menyampaikan apresiasi kepada para dosen, pembimbing, dan civitas akademika LPTK PPG UIN Sunan Gunung Djati Bandung, serta seluruh instansi mitra, mulai dari Kementerian Agama, Dinas Pendidikan di tingkat Provinsi, Kabupaten, Kota, Baznas, hingga bank mitra.” Ini menunjukkan bahwa keberhasilan sebuah program besar seperti PPG adalah hasil kolaborasi banyak tangan.
Pihak UIN Bandung sendiri terus berkomitmen untuk meningkatkan kualitas pelatihan guru berbasis Kurikulum Merdeka dan Kurikulum Berdampak sesuai kebutuhan masa depan. “Mendorong inovasi pendidikan guru melalui teknologi dan kemitraan global. Berperan aktif dalam ekosistem mutu pendidikan nasional,” jelasnya. Ini adalah visi besar UIN Bandung untuk terus menjadi LPTK terdepan dalam mencetak guru-guru berkualitas.
Data Kelulusan yang Membanggakan: Kontribusi Nyata UIN Bandung
Dalam laporannya, Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Fakry Hamdani, memaparkan data yang sangat menggembirakan. PPG Batch 1 Tahun 2025 mencatat partisipasi sebanyak 1.496 peserta yang berasal dari 2 Provinsi (Jawa Barat dan Kepulauan Riau) dan 8 Kabupaten/Kota. Ini menunjukkan jangkauan luas UIN Bandung dalam menyelenggarakan PPG.
Yang lebih membanggakan, pada PPG Daljab Periode 1 Tahun 2025, UIN Sunan Gunung Djati Bandung mencatat tingkat kelulusan yang sangat tinggi! "Dari 1.498 mahasiswa yang mengikuti Uji Kompetensi Mahasiswa Pendidikan Profesi Guru (UKMPPG), sebanyak 1.496 orang dinyatakan lulus, baik pada kesempatan pertama (Firsttaker) maupun peserta ulang (Retaker),” paparnya. Ini adalah angka kelulusan yang fenomenal, mencapai lebih dari 99%, sebuah bukti nyata efektivitas program dan kualitas pengajaran di LPTK UIN Bandung. Hanya 2 orang peserta yang belum berhasil lulus, masing-masing karena belum lulus uji kinerja dan uji pengetahuan.
Mengingat keterbatasan ruang aula PPG, pengukuhan dilaksanakan secara hybrid (online dan offline). Sebanyak 234 peserta hadir secara langsung (offline), sementara 1.262 peserta lainnya mengikuti secara daring melalui siaran langsung YouTube. Peserta offline yang hadir berasal dari beberapa kabupaten/kota, menunjukkan representasi geografis yang luas:
Kabupaten Garut: 67 orang
Kabupaten Ciamis: 62 orang
Kabupaten Sumedang: 44 orang
Kabupaten Karawang: 42 orang
Kabupaten Bogor: 7 orang
"Pengukuhan ini menjadi komitmen LPTK UIN Bandung dalam mencetak guru profesional dan memperkuat kualitas pendidikan agama Islam di berbagai daerah. Hanya 2 orang peserta yang belum berhasil lulus, masing-masing karena belum lulus uji kinerja dan uji pengetahuan,” beber Fakry Hamdani. Tingginya angka partisipasi dan kelulusan ini menunjukkan keberhasilan UIN Sunan Gunung Djati Bandung dalam mengelola dan menyelenggarakan PPG Daljab. “Tentunya ini menjadi wujud kontribusi nyata dalam peningkatan kompetensi guru agama di Indonesia,” pungkasnya.
Apresiasi dan Inspirasi: Semangat Belajar Tanpa Batas
Dalam prosesi pengukuhan ini, Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) UIN Sunan Gunung Djati Bandung juga memberikan penghargaan simbolis kepada dua peserta terbaik:
Suherman dari Kabupaten Garut, mewakili peserta laki-laki.
Dewi Fitri Kurnia dari Kabupaten Sumedang, mewakili peserta perempuan.
Selain itu, penghargaan khusus diberikan kepada peserta dengan usia paling senior dan paling muda, sebagai bentuk apresiasi atas semangat belajar tanpa batas usia:
Masitoh (58 tahun) dari Kabupaten Karawang sebagai Peserta Usia Tertua.
Restu Fauzi (23 tahun) dari Kabupaten Ciamis sebagai Peserta Usia Termuda.
Penghargaan ini menjadi simbol dedikasi dan semangat para guru dalam menempuh pendidikan profesi guna mewujudkan pendidikan berkualitas dan berkarakter. Keberadaan peserta dengan rentang usia yang luas membuktikan bahwa semangat untuk belajar dan meningkatkan kompetensi tidak mengenal batas.
Proses pengukuhan ini juga dihadiri oleh jajaran pimpinan UIN Sunan Gunung Djati Bandung, menunjukkan dukungan penuh institusi terhadap program PPG: Wakil Rektor III Husnul Qodim, Wakil Rektor IV Ah. Fathonih, Kepala Biro Administrasi Akademik, Kemahasiswaan, dan Kerjasama (A2KK), Nur Arifin, Kepala Satuan Pengawasan Internal (SPI), Setia Mulyawan, Ketua Lembaga Penjaminan Mutu (LPM), Ija Suntana, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum (FSH), Fauzan Ali Rasyid, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Ahmad Ali Nurdin, Dekan Psikologi Ulfiah, Dekan Fakultas Adab dan Humaniora (FAH), Dedi Supriadi, Wakil Dekan I Irawan, Wakil Dekan II Hariman Surya Siregar, Wakil Dekan III Idad Suhada, dan Ketua Jurusan PPG Nurhamzah.
Masa Depan Pendidikan yang Penuh Cinta dan Inspirasi
Jadi, para pembaca, pengukuhan 1.496 guru profesional di UIN Sunan Gunung Djati Bandung ini adalah sebuah momentum luar biasa. Ini bukan hanya tentang bertambahnya jumlah guru bersertifikat, tetapi tentang lahirnya generasi pendidik yang bertekad kuat untuk mengimplementasikan Kurikulum Berbasis Cinta.
Di tangan para guru yang cerdas, berintegritas, dan penuh kasih sayang ini, kita bisa optimis bahwa pendidikan di Indonesia akan semakin berkualitas, mampu mencetak generasi yang tidak hanya pintar, tetapi juga berakhlak mulia dan siap menjadi pemimpin peradaban.
Bagaimana menurut Anda, seberapa besar dampak "Kurikulum Berbasis Cinta" ini terhadap masa depan pendidikan kita? Mari kita terus dukung para guru profesional ini dalam menjalankan misi mulia mereka!