Lahirnya Generasi Pendidik Berhati: Guru Profesional Kemenag Siap Tebarkan Kurikulum Berbasis Cinta!
Halo, para pembaca yang inspiratif dan peduli akan masa depan pendidikan bangsa! Pernahkah Anda membayangkan seorang guru yang tidak hanya menguasai mata pelajaran, tetapi juga mampu menyentuh hati, membentuk karakter, dan menanamkan nilai-nilai luhur dalam setiap jiwa muridnya? Impian itu kini semakin nyata, karena kita baru saja menyaksikan lahirnya generasi guru profesional yang siap mengemban misi mulia ini.
Pada Rabu, 3 Juli 2025, di kota Bandung yang sejuk, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) UIN Sunan Gunung Djati Bandung menjadi saksi bisu sebuah momen bersejarah. Mereka menggelar Pengukuhan Guru Profesional Pendidikan Profesi Guru (PPG) dalam Jabatan bagi para peserta yang telah berhasil lulus Uji Kompetensi Mahasiswa Pendidikan Profesi Guru (UKMPPG) Periode 1 Tahun 2025. Pengukuhan ini bukan sekadar seremoni formal, melainkan tonggak penting yang menandai kesiapan para guru untuk mengemban tanggung jawab sebagai pendidik profesional sejati. Mereka telah melalui proses panjang pendidikan profesi yang diselenggarakan oleh LPTK UIN Sunan Gunung Djati Bandung, bekerja sama erat dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI. Bayangkan dedikasi mereka, perjuangan mereka, untuk mencapai titik ini!
![]() |
https://pendis.kemenag.go.id/kampus/resmi-jadi-guru-profesional-siap-terapkan-kurikulum-berbasis-cinta |
Lebih dari Sekadar Pengajar: Guru Adalah Pembangun Peradaban
Momen pengukuhan ini semakin spesial dengan kehadiran langsung Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, Amien Suyitno. Dalam arahannya, Dirjen Pendis menyampaikan apresiasi mendalam kepada seluruh peserta yang telah dinyatakan lulus, namun tak berhenti di situ. Beliau menekankan sebuah pesan fundamental yang harus menjadi pegangan setiap guru: pentingnya mengintegrasikan nilai-nilai kemanusiaan dalam proses pendidikan.
“Guru bukan sekadar penyampai pengetahuan, tapi juga pembangun peradaban,” ujar Prof. Amien. Pikirkanlah sejenak makna dari kalimat ini. Ini adalah panggilan untuk melihat profesi guru jauh melampaui tugas mengajar di dalam kelas. Guru adalah arsitek jiwa, pembentuk karakter, dan pelita yang menerangi jalan bagi generasi masa depan.
Dalam konteks pendidikan Islam, Prof. Amien menegaskan bahwa guru harus menjadi pelita yang menebarkan nilai-nilai kasih sayang, keadilan, dan cinta kepada murid-muridnya. Bukankah ini sebuah tugas yang mulia? Di tengah tantangan zaman yang kadang terasa kering akan nilai-nilai, guru hadir sebagai oase yang menyemai kebaikan. Mereka tidak hanya mengajarkan materi pelajaran, tetapi juga menanamkan empati, rasa hormat, dan spiritualitas yang mendalam. Mereka adalah agen perubahan yang sesungguhnya, membentuk karakter peserta didik agar menjadi individu yang utuh, seimbang antara kecerdasan intelektual dan spiritual.
"Kurikulum Berbasis Cinta": Paradigma Baru Pendidikan Islam yang Memanusiakan
Nah, ini dia salah satu poin paling menarik dan revolusioner yang disampaikan oleh Dirjen Pendis: implementasi Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) sebagai paradigma baru dalam pendidikan Islam. Anda mungkin bertanya, apa itu Kurikulum Berbasis Cinta? Menurut Prof. Amien, KBC adalah pendekatan yang menempatkan cinta sebagai inti dari proses pembelajaran.
"Kurikulum Berbasis Cinta adalah respons kita terhadap kekhawatiran nilai karakter dalam dunia pendidikan," tegasnya. Pernahkah Anda merasa khawatir dengan lunturnya nilai-nilai luhur di tengah kemajuan teknologi? KBC hadir sebagai solusi. Kemenag memahami bahwa pendidikan yang hanya berfokus pada kecerdasan intelektual saja tidak akan cukup. Kita membutuhkan generasi yang tidak hanya pintar, tetapi juga berhati mulia.
Prof. Amien menambahkan, "Guru profesional harus menjadi garda terdepan dalam menghadirkan pendidikan yang memanusiakan manusia dan mampu mencontohkan akhlak yang mulia." Ini berarti, dalam setiap interaksi, dalam setiap pelajaran, guru harus mendidik dengan empati, kepedulian, dan cinta yang tulus kepada peserta didik. Bayangkan suasana kelas di mana guru mengajar bukan hanya dengan otoritas, tetapi dengan kasih sayang. Di mana siswa merasa dicintai, dihargai, dan dipahami.
Dengan pendekatan ini, Kementerian Agama berharap para guru tidak hanya mendidik dengan kecerdasan intelektual, tetapi juga dengan empati, kepedulian, dan cinta yang tulus kepada peserta didik. Pendidikan yang berangkat dari cinta akan melahirkan generasi yang utuh secara intelektual, emosional, dan spiritual, serta berakhlak mulia. Ini adalah visi besar untuk menciptakan pendidikan yang tidak hanya mencerdaskan otak, tetapi juga melunakkan hati dan memperkuat jiwa. Ini adalah fondasi untuk membangun peradaban yang lebih beradab dan penuh kasih sayang.
Semangat dan Harapan Baru untuk Masa Depan Pendidikan Islam
Acara pengukuhan ini bukan hanya dihadiri oleh para guru yang berbahagia, tetapi juga oleh jajaran pimpinan UIN Sunan Gunung Djati Bandung, LPTK, dosen, serta perwakilan dari Kementerian Agama. Suasana di Bandung hari itu dipenuhi dengan semangat dan harapan baru bagi masa depan pendidikan Islam di Indonesia.
Kehadiran para pemimpin pendidikan di acara ini menunjukkan betapa seriusnya komitmen untuk terus meningkatkan kualitas guru. Mereka semua bersatu padu, mendukung para guru yang baru dikukuhkan untuk menjalankan amanah ini dengan sebaik-baiknya. Setiap guru yang dikukuhkan hari itu membawa pulang tidak hanya sertifikat, tetapi juga tanggung jawab besar untuk menjadi agen perubahan, menyebarkan nilai-nilai positif, dan membentuk karakter anak-anak bangsa dengan landasan cinta.
Masa Depan di Tangan Pendidik Berhati
Jadi, para pembaca, mari kita berikan apresiasi setinggi-tingginya kepada para guru profesional yang baru saja dikukuhkan ini. Mereka adalah garda terdepan dalam mewujudkan visi pendidikan yang humanis dan berkarakter. Dengan Kurikulum Berbasis Cinta sebagai panduan, kita bisa optimis bahwa pendidikan Islam di Indonesia akan terus melahirkan generasi yang tidak hanya cerdas dan kompeten, tetapi juga memiliki hati yang lembut, akhlak yang mulia, dan semangat untuk menyebarkan kebaikan di dunia.
Bagaimana menurut Anda, bukankah ini adalah sebuah langkah yang sangat positif dan menginspirasi? Mari kita dukung terus para guru kita, karena di tangan merekalah masa depan peradaban kita akan terbentuk!