Kurikulum Berbasis Cinta: Bukan Sekadar Pelajaran, Melainkan Fondasi Manusia Unggul dan Berjiwa Penuh Kasih

Kurikulum Berbasis Cinta: Bukan Sekadar Pelajaran, Melainkan Fondasi Manusia Unggul dan Berjiwa Penuh Kasih 

https://pendis.kemenag.go.id/sekretariat-ditjen-pendidikan-islam/kurikulum-berbasis-cinta-dorong-transformasi-pendidikan-yang-humanis


Pernahkah Anda bertanya, apa sebenarnya tujuan utama dari pendidikan? Tidakkah kita sering merasa bahwa sistem pendidikan kita terlalu fokus mencetak robot-robot pintar yang mahir menghafal rumus dan teori, namun minim empati dan kepedulian? Kita menyaksikan generasi yang cerdas secara akademik, namun terkadang rapuh secara emosional, kurang berinteraksi sosial, dan terputus dari nilai-nilai luhur. 

Di tengah kegelisahan ini, sebuah visi baru datang. Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama, Prof. Amien Suyitno, dalam sebuah forum yang berlangsung hangat di Pendopo Bupati Cirebon pada Rabu, 27 Agustus 2025, menegaskan sebuah keyakinan yang fundamental. Beliau mengatakan bahwa pendidikan nasional harus melahirkan manusia yang berjiwa penuh kasih sayang, bukan hanya generasi yang pintar secara akademik. Visi inilah yang melahirkan sebuah terobosan revolusioner: Kurikulum Berbasis Cinta (KBC)

Mari kita selami bersama, mengapa kurikulum ini adalah jawaban yang kita tunggu-tunggu, dan bagaimana ia akan mengubah wajah pendidikan di Indonesia. 


Kurikulum Berbasis Cinta: Mengembalikan Jiwa pada Pendidikan 

Prof. Amien Suyitno tidak hanya memperkenalkan sebuah konsep, melainkan sebuah filosofi. Beliau menegaskan bahwa penerapan Kurikulum Berbasis Cinta merupakan langkah penting untuk mewujudkan pendidikan yang lebih humanis dan berkarakter. Tidakkah kita merindukan sebuah sistem yang mengajar anak-anak kita tidak hanya cara berhitung, tetapi juga cara berbagi? Tidak hanya cara menulis, tetapi juga cara menghargai? 

Beliau mengatakan bahwa sesungguhnya tidak sulit menerapkan kurikulum ini. "Ekosistemnya sudah terbentuk," ujarnya. Ini adalah kabar baik. Artinya, kita tidak perlu membangun dari nol. Pondasi sudah ada. Sekolah-sekolah, madrasah, pesantren, hingga perguruan tinggi sudah memiliki benih-benih kebaikan. Yang dibutuhkan hanyalah sebuah kerangka, sebuah kurikulum yang menyatukan dan mengarahkan semua potensi itu. Tentu, evaluasi dan perbaikan harus terus dilakukan, tetapi semangatnya sudah ada di tengah-tengah kita. KBC hadir bukan untuk mengubah total sistem, melainkan untuk memberikan roh baru, sebuah jiwa yang penuh kasih, pada setiap proses pembelajaran. 

Kurikulum ini akan mengajak setiap guru untuk melihat murid bukan hanya sebagai objek yang harus diisi dengan ilmu, melainkan sebagai subjek yang harus dikembangkan jiwanya. Ia akan mengajak setiap siswa untuk belajar bukan hanya untuk mendapatkan nilai, melainkan untuk menjadi manusia yang lebih baik. 


Tiga Pilar Cinta: Fondasi Kuat untuk Generasi Beradab 

Prof. Amien Suyitno menjelaskan bahwa Kurikulum Berbasis Cinta dibangun di atas tiga fondasi utama yang saling beririsan dan menguatkan. Tiga pilar ini adalah kunci untuk melahirkan generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berakhlak mulia serta peduli pada kehidupan. Mari kita bedah satu per satu. 

Cinta kepada Tuhan: Pilar ini adalah fondasi spiritual. Ia tidak hanya mengajarkan tentang ritual dan ibadah, tetapi juga menanamkan kesadaran bahwa segala ilmu, segala nikmat, dan segala keberkahan berasal dari Allah SWT. Ia mengajarkan rasa syukur dan tanggung jawab. Bayangkan, seorang siswa tidak hanya menghafal ayat, tetapi merenungi maknanya. Seorang mahasiswa tidak hanya meneliti alam, tetapi melihatnya sebagai tanda kebesaran Sang Pencipta. Pilar ini akan menjadikan ilmu yang didapat tidak hanya bermanfaat di dunia, tetapi juga di akhirat. 

Cinta kepada Sesama: Pilar ini adalah fondasi sosial. Ia mengajarkan empati, toleransi, dan kasih sayang yang tulus. Dalam pendidikan, KBC akan mendorong siswa untuk tidak hanya bersaing secara akademik, tetapi juga berkolaborasi. Ia akan mengajarkan mereka untuk menghargai perbedaan, baik itu ras, suku, maupun agama. Ketika siswa di madrasah belajar tentang toleransi, mereka tidak hanya membaca teori, tetapi juga diajak untuk berinteraksi dengan teman-teman dari latar belakang yang berbeda. Pilar ini akan menghancurkan sekat-sekat kebencian dan membangun jembatan persaudaraan, memastikan bahwa generasi mendatang tumbuh menjadi manusia yang ramah dan inklusif. 

Cinta kepada Lingkungan: Pilar ini adalah fondasi ekologis. Ia menanamkan kesadaran bahwa alam adalah titipan yang harus dijaga. KBC akan mengintegrasikan pendidikan lingkungan ke dalam setiap mata pelajaran. Di kelas sains, siswa tidak hanya belajar tentang ekosistem, tetapi juga diajak untuk melakukan aksi nyata, seperti menanam pohon atau membersihkan lingkungan sekolah. Di kelas agama, mereka akan diajarkan bahwa menjaga alam adalah bagian dari ibadah. Pilar ini akan melahirkan generasi yang tidak hanya peduli pada sesama, tetapi juga pada keberlanjutan planet tempat mereka hidup. 


Sinergi Inovasi: Ketika “Deep Learning” Berpadu dengan Hati 

Prof. Amien juga menyinggung sebuah poin krusial: pentingnya sinergi antara deep learning yang digagas oleh Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah dengan penguatan karakter melalui Kurikulum Berbasis Cinta. Apa itu deep learning? Ia adalah kemampuan untuk berpikir kritis, menganalisis masalah secara mendalam, dan menemukan solusi yang inovatif. Ini adalah kecerdasan yang sangat dibutuhkan di era digital. 

Namun, tidakkah kita sadar bahwa kecerdasan tanpa hati bisa menjadi bahaya? Seorang yang sangat cerdas tetapi tidak memiliki empati bisa menggunakan kecerdasannya untuk merugikan orang lain. Sebaliknya, seorang yang baik hati tetapi tidak memiliki kemampuan berpikir kritis bisa dengan mudah dimanfaatkan atau disesatkan. 

Inilah mengapa sinergi antara keduanya sangat penting. "Jika deep learning dan KBC bisa diintegrasikan, maka kita akan memiliki generasi unggul yang kritis sekaligus berjiwa penuh cinta kasih," tegas Prof. Amien. Generasi ini akan memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah kompleks, tetapi dengan cara yang humanis. Mereka akan menjadi ilmuwan yang peduli, pemimpin yang bijaksana, dan warga negara yang bertanggung jawab. 

Beliau juga mengapresiasi UIN Siber Cirebon yang dinilai responsif dalam menghadirkan inovasi pendidikan digital. Hal ini menjadi bukti nyata bahwa integrasi antara teknologi dan nilai-nilai luhur bukanlah hal yang mustahil. UIN Siber Cirebon adalah contoh bagaimana pendidikan Islam dapat beradaptasi dengan perubahan zaman tanpa kehilangan karakternya. 


Mari Kita Bangun Bangsa Beradab 

Saudaraku, visi ini bukanlah sekadar program pemerintah. Ini adalah sebuah gerakan. Ini adalah sebuah ajakan bagi kita semua—orang tua, guru, pengelola madrasah, dan setiap insan yang peduli pada masa depan bangsa—untuk bersama-sama mengawal dan menerapkan Kurikulum Berbasis Cinta

Karena pada akhirnya, pendidikan bukan hanya soal mendapatkan ijazah atau pekerjaan. Pendidikan adalah tentang membentuk manusia. Pendidikan adalah tentang membangun peradaban. Mari kita dukung dan kawal bersama Kurikulum Berbasis Cinta, karena dengan hati yang penuh kasih, kita membangun bangsa yang beradab, berjiwa, dan berkarakter mulia.

SiennaGrace

Selamat datang di DidikDigital.com! Kami hadir sebagai sahabat setia para pendidik. Temukan beragam artikel dan sumber daya: dari modul ajar praktis, update kurikulum terbaru (Dikdasmen & Kemenag), hingga tips meningkatkan kualitas pengajaran dan informasi asuransi yang melindungi profesi guru. Edukasi terbaik, kesejahteraan terjamin!

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama