191 Ribu Formasi Guru: Misi Kemenag Merajut Sebaran Profesionalisme yang Adil dan Merata
![]() |
https://pendis.kemenag.go.id/direktorat-guru-dan-tenaga-kependidikan/191-ribu-formasi-guru-kemenag-siap-dipetakan-gtk-madrasah-dorong-distribusi-merata |
Pernahkah Anda membayangkan, di balik setiap ruang kelas madrasah yang penuh tawa dan semangat belajar, ada sebuah sistem besar yang bekerja untuk memastikan setiap guru berada di tempat yang tepat? Sebuah sistem yang tidak hanya berurusan dengan angka-angka, tetapi juga dengan nasib puluhan ribu individu, harapan orang tua, dan masa depan jutaan anak bangsa. Misi ini bukanlah pekerjaan yang mudah. Ia menuntut ketelitian, kolaborasi, dan komitmen yang kuat dari semua pihak yang terlibat.
Pada Senin, 1 September 2025, di Bogor, Jawa Barat, sebuah pertemuan strategis digelar. Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Madrasah Kementerian Agama (Kemenag) berkumpul untuk sebuah tujuan yang sangat penting: mempercepat pemetaan 191.296 formasi Jabatan Fungsional (JF) guru. Ini adalah sebuah langkah krusial yang menyusul persetujuan besar-besaran dari Kementerian PANRB. Misi utamanya? Memastikan distribusi guru ini lebih tepat sasaran dan merata di seluruh satuan kerja Kemenag.
Melalui artikel ini, mari kita bersama-sama memasuki wacana ini. Kita akan mengupas tuntas mengapa pemetaan ini begitu penting, apa saja tantangan di baliknya, dan mengapa setiap langkah yang diambil akan berdampak langsung pada kualitas pendidikan madrasah di seluruh penjuru Indonesia.
Misi Besar di Balik Angka: Mengurai Rincian Formasi yang Menggugah Semangat
Ketika kita mendengar angka 191.296, mungkin itu hanya terlihat sebagai sebuah deretan digit. Namun, bagi para guru madrasah, ini adalah angka yang penuh harapan. Angka ini mewakili sebuah pengakuan, sebuah kesempatan untuk mendapatkan kepastian karir, dan sebuah gerbang untuk meningkatkan profesionalisme. Persetujuan formasi yang sangat besar ini datang dari Kementerian PANRB, sebuah bukti bahwa pemerintah menaruh perhatian serius pada peran guru madrasah.
Namun, seperti yang diungkapkan oleh Direktur GTK Madrasah, Faesal Musaad, formasi ini "masih bersifat gelondongan." Artinya, angka tersebut adalah total kumulatif yang harus dipecah dan didistribusikan secara cermat. Inilah mengapa pemetaan menjadi prioritas utama. Faesal menegaskan, pemetaan ini harus dilakukan hingga tingkat Kanwil Kemenag, bahkan sampai ke level kabupaten/kota, jika memungkinkan. Tujuannya jelas: agar setiap madrasah, baik yang berada di pusat kota maupun yang terpencil di pelosok, mendapatkan alokasi guru yang sesuai dengan kebutuhannya.
Mari kita lihat rincian formasi yang disetujui Kemenpan RB:
Guru Ahli Pertama: 78.480 formasi
Guru Ahli Muda: 56.701 formasi
Guru Ahli Madya: 56.117 formasi
Guru Ahli Utama: Tidak disetujui
Rincian ini memberikan kita gambaran yang sangat jelas tentang prioritas Kemenag. Ada penekanan kuat pada jenjang karir awal hingga menengah, yang merupakan tulang punggung dari profesi keguruan. Ribuan guru di tingkat Ahli Pertama, Ahli Muda, dan Ahli Madya kini memiliki jalur yang lebih jelas untuk berkembang. Mereka memiliki kepastian untuk meningkatkan karir mereka, yang pada gilirannya akan memotivasi mereka untuk terus belajar dan berinovasi.
Namun, ada satu detail yang sangat menarik dan patut kita perhatikan: usulan untuk Guru Ahli Utama tidak mendapat persetujuan. Faesal Musaad menjelaskan, "kita tidak bisa lagi menambah Ahli Utama." Ini adalah sebuah realitas yang harus dihadapi. Jabatan fungsional Ahli Utama adalah jenjang tertinggi dalam karir guru, yang menuntut kualifikasi dan pengalaman yang luar biasa. Saat ini, hanya ada lima guru Ahli Utama yang masih dipertahankan. Keputusan ini menunjukkan adanya batasan dan mungkin sebuah evaluasi strategis di tingkat kementerian, yang kini lebih memfokuskan sumber daya pada jenjang yang memiliki jumlah guru terbanyak. Ini adalah sebuah pengingat bahwa dalam setiap kebijakan, selalu ada pertimbangan yang kompleks, dan tidak semua harapan bisa terpenuhi. Namun, yang paling penting, kebijakan ini menunjukkan komitmen untuk memberdayakan mayoritas guru yang ada.
Jejak Peta Karir: Mengapa Distribusi yang Adil Begitu Krusial?
Anda mungkin bertanya, mengapa proses pemetaan ini begitu rumit? Bukankah tinggal membagi formasi ke setiap madrasah? Jawabannya tidak sesederhana itu. Ada banyak faktor yang harus dipertimbangkan, dan kegagalan dalam pemetaan bisa menimbulkan masalah di kemudian hari.
Salah satu tantangan terbesar adalah menghindari apa yang disebut Faesal Musaad sebagai "penguncian formasi di madrasah." Penguncian ini, meskipun sekilas terlihat praktis, justru akan menyulitkan distribusi guru dalam jangka panjang. Bayangkan sebuah madrasah di daerah terpencil yang memiliki kelebihan guru, sementara madrasah lain di kota besar yang kekurangan guru. Jika formasi dikunci, maka akan sulit untuk melakukan rotasi atau penempatan ulang yang fleksibel.
Faesal Musaad memberikan contoh-contoh spesifik yang membuat kita sadar akan kompleksitas ini. Ia menyebutkan:
24 MAN Insan Cendekia (IC): Madrasah-madrasah ini adalah sekolah unggulan yang memiliki kebutuhan guru yang sangat spesifik dan seringkali lintas provinsi.
5 MAKN Kejuruan: Madrasah Aliyah Kejuruan Negeri juga memiliki kebutuhan guru yang sangat terspesialisasi, yang tidak bisa dipetakan secara statis.
39 madrasah negeri lain: Madrasah-madrasah ini juga memiliki karakteristik unik yang menuntut fleksibilitas dalam penempatan guru.
Untuk mengatasi ini, Kemenag mendorong pemetaan yang lebih fleksibel, yang memungkinkan Kanwil dan kabupaten/kota untuk memiliki ruang gerak dalam mendistribusikan guru sesuai dengan kebutuhan riil di lapangan. Ini adalah sebuah pendekatan yang proaktif, yang mencoba mengantisipasi masalah di masa depan, bukan hanya sekadar merespons masalah yang sudah terjadi.
Mengejar Waktu: Urgensi Pemberkasan 11 Ribu Guru yang Teruji
Di tengah semua perencanaan strategis ini, ada sebuah isu yang sangat mendesak dan memiliki dimensi kemanusiaan yang kuat: percepatan pemberkasan bagi 11.339 guru yang telah lulus Uji Kompetensi (UKOM) pada pertengahan 2024.
Bayangkan Anda adalah salah satu dari 11 ribu guru ini. Anda telah belajar, berlatih, dan mengikuti ujian dengan penuh semangat. Anda telah berjuang keras untuk membuktikan kompetensi Anda. Dan Anda berhasil. Anda mendapatkan sertifikat kelulusan, sebuah dokumen yang menjadi bukti dari kerja keras Anda. Namun, sertifikat ini memiliki masa berlaku yang terbatas, hanya dua tahun. Jika pemberkasan Anda terlambat, sertifikat itu bisa kedaluwarsa, dan semua perjuangan Anda bisa menjadi sia-sia. Anda akan kehilangan hak Anda untuk naik jenjang.
Inilah mengapa Faesal Musaad sangat menekankan agar proses pemberkasan ini dipermudah dan dipercepat. Beliau ingin memastikan bahwa para guru ini tidak dirugikan oleh kendala birokrasi. Ia mengatakan, "Mereka sudah lulus dan layak naik jenjang." Kalimat ini menunjukkan empati yang besar. Ini adalah sebuah pengingat bahwa di balik setiap kebijakan, ada manusia dengan cerita, harapan, dan impian mereka. Misi Kemenag bukan hanya tentang angka, tetapi juga tentang melindungi dan menghargai setiap individu yang telah berdedikasi pada profesi mulia ini.
Merajut Kolaborasi: Mengikat Visi Lintas Unit untuk Kesuksesan Bersama
Sebuah misi sebesar ini tidak akan pernah berhasil tanpa kolaborasi yang solid. Faesal Musaad menyadari hal ini dengan baik. Ia menekankan pentingnya kerja sama lintas unit agar pemetaan formasi berjalan optimal. Siapa saja yang terlibat dalam kolaborasi ini?
Direktorat GTK Madrasah: Sebagai inisiator dan koordinator utama.
Kanwil Kemenag: Sebagai pelaksana di tingkat provinsi.
Kantor Kemenag Kabupaten/Kota: Sebagai pelaksana di tingkat lokal.
Badan Kepegawaian Negara (BKN): Sebagai lembaga yang mengelola data kepegawaian.
Kementerian PANRB: Sebagai lembaga yang memberikan persetujuan formasi.
Setiap unit ini memiliki peran penting. Jika salah satu unit lambat atau tidak berkoordinasi dengan baik, seluruh proses bisa terhambat. Faesal Musaad mengajak semua pihak untuk bekerja dengan semangat gotong royong, dengan visi yang sama: demi kebaikan para guru.
Ia menutup arahannya dengan sebuah pesan yang sangat menyentuh dan spiritual: "Keberhasilan pemetaan ini akan sangat membahagiakan para guru kita, dan insya Allah menjadi amal jariah serta kebaikan bagi kita semua." Pesan ini mengingatkan kita bahwa profesi guru adalah sebuah amal, dan setiap langkah yang kita ambil untuk mendukung mereka adalah sebuah kebaikan yang akan kembali kepada kita. Ini adalah sebuah filosofi yang melampaui birokrasi dan administrasi, yang merangkul nilai-nilai luhur yang telah menyatukan bangsa ini.
Ringkasan dan Ajakan Bertindak: Menjadi Bagian dari Solusi
Pemetaan 191.296 formasi guru adalah sebuah langkah monumental yang diambil oleh Kemenag untuk meningkatkan kualitas pendidikan madrasah. Program ini adalah bukti nyata dari komitmen pemerintah untuk mengelola karir guru dengan sistematis, memberikan kepastian, dan memastikan distribusi yang adil.
Melalui program ini, kita melihat bagaimana:
Kemenag berinvestasi pada jenjang karir guru Ahli Pertama, Ahli Muda, dan Ahli Madya.
Kemenag merancang pemetaan yang fleksibel untuk mengatasi tantangan distribusi guru.
Kemenag berupaya keras untuk mempercepat pemberkasan lebih dari 11 ribu guru yang telah lulus UKOM.
Kemenag membangun jembatan kolaborasi lintas kementerian dan lintas direktorat untuk menjamin kelancaran program.
Misi ini adalah sebuah perjalanan panjang. Ia membutuhkan dukungan dari semua pihak. Jika Anda seorang guru, teruslah bersemangat, karena perjuangan Anda tidak sia-sia. Jika Anda adalah bagian dari birokrasi, mari kita pastikan proses ini berjalan lancar dan adil. Jika Anda adalah orang tua atau anggota masyarakat, mari kita berikan dukungan moral pada para guru kita, karena mereka adalah arsitek masa depan anak-anak kita.
Mari kita pastikan bahwa setiap formasi ini terisi dengan tepat, dan setiap guru berada di tempat di mana mereka bisa memberikan dampak terbaik bagi pendidikan bangsa. Sudahkah Anda mendukung program ini hari ini?