Masa Depan Dakwah di Tangan Gen Z! 200 Dai Muda Dilatih Kemenag untuk Jadi Inovator Konten dan Komunikator Moderat di Ruang Digital!

Masa Depan Dakwah di Tangan Gen Z! 200 Dai Muda Dilatih Kemenag untuk Jadi Inovator Konten dan Komunikator Moderat di Ruang Digital! 

https://kemenag.go.id/nasional/200-dai-muda-dilatih-strategi-komunikasi-digital-ORjph


Halo, para pemuda-pemudi yang bersemangat, pegiat media sosial, dan Anda semua yang peduli pada penyebaran pesan-pesan agama yang menyejukkan di tengah hiruk-pikuk dunia digital! Ada sebuah inisiatif luar biasa yang datang dari Kementerian Agama yang patut kita apresiasi dan ikuti perkembangannya. 

Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama kini sedang melatih 200 dai muda dari berbagai provinsi dalam sebuah program intensif yang disebut Pembibitan Calon Dai Muda Tahun 2025. Pelatihan ini bukan hanya soal retorika di mimbar, tetapi tentang strategi komunikasi digital yang sangat relevan dengan tantangan zaman. 

“Dakwah saat ini menghadapi tantangan yang lebih kompleks dan dinamis. Para pendakwah muda tidak cukup hanya memiliki kemampuan orasi, melainkan juga harus tampil sebagai manajer ide, inovator konten, dan komunikator yang mampu membaca kebutuhan umat,” ujar Direktur Penerangan Agama Islam, Ahmad Zayadi, di Jakarta, Senin (4/8/2025). 

Ini adalah pengakuan bahwa cara lama tidak lagi efektif. Jika ingin pesan agama sampai kepada generasi muda, para dai harus hadir di ruang-ruang yang mereka tempati: media sosial dan komunitas digital. 

Mari kita selami lebih dalam mengapa pelatihan ini sangat penting, apa saja strategi yang diajarkan, dan bagaimana para dai muda ini akan menjadi agen perubahan dalam menyebarkan nilai-nilai Islam yang moderat dan mencerdaskan! 


Dai Masa Kini: Dari Orator Menjadi Manajer Ide dan Inovator Konten! 

Ahmad Zayadi menjelaskan bahwa tantangan dakwah di era modern sangat berbeda. Masyarakat telah berubah, dan pendekatan dakwah juga harus berubah. Khususnya, masyarakat urban menjadi tantangan tersendiri dengan karakternya yang sangat mobile, individualistis, dan terbuka pada teknologi. 

Di sinilah para dai muda Gen Z harus hadir. "Dai Gen Z harus bisa menyampaikan pesan agama dengan bahasa dan platform yang mereka pahami,” ujarnya. 

Ada tiga strategi utama yang ditekankan dalam pelatihan ini untuk para dai muda: 

Memperluas Akses Dakwah: Dakwah tidak lagi terbatas pada masjid dan majelis taklim. Dai harus mampu menjangkau audiens yang lebih luas melalui berbagai platform digital, dari YouTube, TikTok, hingga podcast. 

Meningkatkan Mutu dan Relevansi Konten Dakwah: "Kalau kontennya tidak sesuai kebutuhan umat, maka dakwah kita tidak akan menyentuh," kata Zayadi. Konten dakwah harus mampu menjawab isu-isu aktual yang dihadapi umat, relevan dengan kehidupan sehari-hari, dan disajikan dengan cara yang menarik. 

Memperkuat Daya Jangkau dan Jejaring Komunikasi: Para dai muda harus membangun jaringan yang kuat, tidak hanya dengan sesama dai, tetapi juga dengan komunitas-komunitas digital dan influencer lainnya untuk memperluas dampak dakwah. 

Zayadi juga memaparkan data yang sangat menarik: sekitar 75 persen informasi keagamaan yang diterima oleh generasi muda tidak didapatkan melalui jalur formal, melainkan dari komunitas digital dan media sosial. Data ini menjadi alarm keras bahwa jika para dai tidak hadir di ruang digital, maka ruang itu akan diisi oleh pihak-pihak lain yang mungkin menyebarkan informasi yang keliru atau ekstrem. 


Pembibitan Calon Dai Muda: Mencetak Gen Z yang Adaptif dan Moderat! 

Kasubdit Dakwah dan Hari Besar Islam, Amirullah, menjelaskan tujuan mulia di balik program ini. Pembibitan Calon Dai Muda 2025 bertujuan untuk mencetak dai muda Gen Z yang adaptif terhadap perkembangan zaman dan memiliki komitmen kuat terhadap moderasi beragama

Dakwah masa depan, menurut Amirullah, harus berbasis pada: 

Penguasaan Isu-isu Sosial: Dai tidak boleh menutup mata terhadap masalah-masalah sosial yang ada di masyarakat. Mereka harus mampu memberikan solusi dan pandangan agama yang relevan. 

Penguatan Identitas Kebangsaan: Dakwah harus senantiasa menguatkan rasa cinta tanah air dan identitas kebangsaan, melawan narasi-narasi yang memecah belah. 

Literasi Keagamaan yang Mencerdaskan: Dai harus mampu menyebarkan pesan agama yang substansial, bukan sekadar kulitnya, serta melawan hoaks dan misinformasi keagamaan. 

Program ini menarik minat yang luar biasa. Sebanyak 634 orang mendaftar dari seluruh provinsi di Indonesia. Setelah melalui seleksi ketat, hanya 200 peserta yang dinyatakan lolos. Mereka adalah pemuda dan pemudi usia maksimal 25 tahun yang sudah aktif berdakwah di masjid, pesantren, dan komunitas Islam. 

Setiap peserta akan mengikuti pelatihan tematik yang mencakup berbagai materi krusial, antara lain: 

  • Manajemen dakwah 
  • Komunikasi digital 
  • Strategi konten media sosial 
  • Literasi keagamaan moderat 
  • Penguatan wawasan kebangsaan 
  • Ekonomi syariah 
  • Upaya deradikalisasi dan penanggulangan intoleransi 

Narasumber yang dihadirkan pun sangat beragam, mulai dari internal Kemenag, akademisi, praktisi media, influencer dakwah, hingga tokoh muda dari berbagai ormas Islam. Ini adalah kolaborasi yang komprehensif untuk membekali para dai muda dengan pengetahuan dan keterampilan terbaik. 


Ruang Silaturahmi dan Lahirnya 200 Inovasi Baru!  

Zayadi menilai bahwa forum pembibitan ini bukan hanya ajang pelatihan teknis, tetapi sekaligus menjadi ruang silaturahmi dan berbagi inspirasi antar generasi muda dari berbagai daerah. Ini adalah kesempatan emas bagi mereka untuk membangun jaringan, berkolaborasi, dan saling belajar. 

“Kalau ada 200 peserta, maka bisa lahir 200 perspektif dan inovasi baru dalam dakwah,” ujarnya. 

Visi Kemenag sangat jelas: mereka ingin melihat para dai ini tidak hanya menjadi penerima ilmu, tetapi juga menjadi pencipta ide dan inovasi baru. Setiap peserta diwajibkan menyusun rencana aksi dakwah moderat yang dapat diterapkan di daerah asal masing-masing. Ini adalah langkah konkret untuk memastikan pelatihan ini memberikan dampak nyata di tengah masyarakat. 

“Kita butuh dai yang hadir di tengah umat, yang menyapa yang belum tersapa, yang melayani yang belum terlayani,” imbuh Zayadi. 

Pesan ini adalah ajakan untuk semua: mari kita dukung para dai muda ini. Mari kita berikan ruang bagi mereka untuk berkreasi dan menyebarkan pesan kebaikan. Karena di tangan mereka, masa depan dakwah di Indonesia akan menjadi lebih moderat, inklusif, dan mencerdaskan. 

Apakah Anda sudah melihat para dai Gen Z yang menginspirasi di media sosial? Siapakah mereka? Ceritakan!

SiennaGrace

Selamat datang di DidikDigital.com! Kami hadir sebagai sahabat setia para pendidik. Temukan beragam artikel dan sumber daya: dari modul ajar praktis, update kurikulum terbaru (Dikdasmen & Kemenag), hingga tips meningkatkan kualitas pengajaran dan informasi asuransi yang melindungi profesi guru. Edukasi terbaik, kesejahteraan terjamin!

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama