Maulid Sepanjang Masa, Rahmat yang Tak Pernah Pudar: Mengapa Perayaan Ini Adalah Panggilan untuk Mengubah Diri dan Bangsa
![]() |
https://kemenag.go.id/opini/peringatan-maulid-dan-manifestasi-rahmat-bagi-alam-semesta-EeStZ |
Apakah Anda pernah merasakan sebuah kebahagiaan yang begitu besar, hingga rasanya ingin Anda bagikan kepada semua orang? Sebuah momen istimewa yang menandai kehadiran sosok agung, yang membawa perubahan mendalam bagi seluruh umat manusia. Tepat pada hari Jumat, 12 Rabi’ul Awal 1447 H, kita kembali merayakan dan memperingati kelahiran sosok agung itu, Baginda Nabi Muhammad SAW. Lebih dari sekadar perayaan tahunan, Maulid adalah sebuah panggilan spiritual untuk menumpahkan rasa syukur dan kebahagiaan atas anugerah terbesar yang Allah berikan kepada kita. Mengapa kita perlu merayakan anugerah ini dengan penuh kegembiraan? Karena Allah sendiri yang berfirman, “Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya itu, hendaklah mereka bergembira. Itu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan.” (QS Yunus: 58). Peringatan Maulid bukan hanya sebuah ritual, tetapi manifestasi spiritual dari kegembiraan kita. Ini adalah pengingat bahwa diutusnya Rasulullah adalah anugerah terbesar, rahmat yang tak pernah lekang oleh waktu dan tak pernah usang ditelan zaman. Mari kita telusuri lebih dalam, mengapa perayaan ini adalah sebuah panggilan untuk menjadikan rahmat Nabi sebagai solusi atas krisis kemanusiaan yang sedang kita hadapi.
1. Maulid Sepanjang Masa: Sebuah Janji Cinta yang Tak Terbatas Waktu
Seringkali kita berpikir bahwa perayaan Maulid hanya terjadi di satu hari atau satu bulan dalam setahun. Namun, konsep ini adalah sebuah kesalahan yang perlu kita luruskan. Menurut Al ‘Allamah Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki, meyakini bahwa peringatan Maulid hanya sunah pada malam atau waktu tertentu adalah sebuah tindakan bid'ah. Mengapa? Karena kecintaan dan penghormatan kita kepada Baginda Nabi Muhammad SAW harus berlaku sepanjang waktu, kapan pun, dan di mana pun.
Ini adalah sebuah pernyataan yang sangat penting. Ia mengubah persepsi kita dari sebuah perayaan tahunan menjadi sebuah gaya hidup. Rasa syukur dan kebahagiaan kita atas lahirnya Rasulullah SAW harus terus kita ekspresikan setiap hari, dalam setiap tindakan dan ucapan kita.
Jadi, bagaimana kita bisa merayakan Maulid sepanjang masa?
Membaca Riwayat dan Sirah Nabawiyyah: Ini adalah cara terbaik untuk mengenal Rasulullah secara lebih dekat. Dengan membaca kisah hidupnya, kita tidak hanya mengagumi, tetapi juga belajar dan meneladani setiap langkahnya.
Bersedekah dan Berbagi: Rasulullah adalah sosok yang paling dermawan. Merayakan Maulid dengan berbagi makanan, minuman, dan sedekah kepada sesama adalah cara konkret untuk meneladani sifat kedermawanannya. Ini juga menjadi manifestasi dari rahmat yang beliau bawa, menyebar kebahagiaan kepada orang lain.
Menghidupkan Budaya Lokal: Perayaan Maulid bisa dilakukan dengan beragam cara sesuai dengan budaya dan tradisi lokal, selama tidak melanggar ketentuan syariat. Ini adalah sebuah pengakuan bahwa cinta kepada Rasulullah bisa diungkapkan dengan cara yang beragam, yang penting tidak bercampur dengan kemaksiatan dan kemubaziran.
Mengapa Rasulullah adalah anugerah dan rahmat terbesar? Beliau sendiri yang menegaskan, “Aku ini hanya rahmat yang dikaruniakan dan dihadiahkan” (HR. al-Darimi dan Baihaqi). Pernyataan ini adalah sebuah pengakuan yang kuat bahwa seluruh keberadaannya adalah untuk menyebarkan kebaikan dan kasih sayang. Jadi, ketika kita merayakan Maulid, kita tidak hanya memperingati kelahirannya, tetapi juga merayakan kasih sayang, kebaikan, dan rahmat yang beliau bawa. Ini adalah sebuah janji cinta yang tidak mengenal batas waktu, yang harus kita hidupkan setiap hari dalam hati dan perbuatan kita.
2. Rahmat Bagi Alam Semesta: Sebuah Kasih Sayang yang Universal dan Tak Terbatas
Visi utama diutusnya Rasulullah SAW adalah sebagai rahmat bagi alam semesta. Ini adalah sebuah konsep yang sangat luas dan inklusif. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran, “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam” (QS. al-Anbiya: 107). Kata al-alamin
(alam semesta) di sini bermakna semua ciptaan Allah, tanpa terkecuali. Ini adalah sebuah pengingat bahwa misi Rasulullah tidak hanya untuk umat Islam, tetapi untuk seluruh umat manusia, bahkan seluruh makhluk di alam semesta.
Mengapa rahmat Rasulullah begitu universal? Mari kita lihat bukti-buktinya:
Kasih Sayang Terhadap Musuh: Ketika para sahabat meminta beliau untuk mendoakan kehancuran orang-orang kafir yang telah menyiksa dan menyakiti mereka, Rasulullah menolak. Beliau berkata, “Sesungguhnya aku tidak diutus sebagai pelaknat, akan tetapi diutus sebagai pembawa rahmat” (HR. Muslim). Sikap ini adalah sebuah teladan yang sangat kuat. Bahkan terhadap mereka yang memusuhi, beliau tidak membalas dengan kebencian, melainkan dengan doa dan kasih sayang.
Belas Kasihan untuk Semua: Beliau menjadikan rasa kasih sayang sebagai syarat utama untuk masuk surga. Dalam sebuah riwayat, para sahabat bertanya, “Kami semua penyayang, wahai Rasulullah,”. Beliau menjawab, “Bukanlah disebut penyayang, salah seorang dari kalian yang hanya menyayangi golongannya sendiri secara khusus, hingga ia berbelas kasihan pada semua orang” (HR. Abd bin Humaid). Ini adalah sebuah perintah yang jelas: kasih sayang kita harus melampaui sekat-sekat ras, warna kulit, dan agama. Ia harus bersifat universal.
Perlindungan Terhadap Tawanan Perang: Bahkan dalam kondisi perang, beliau tetap memperlakukan para tawanan dengan baik. Beliau memerintahkan para sahabat untuk melindungi kehormatan dan memberikan makanan kepada mereka. Allah SWT bahkan berfirman, “Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, ayak yatim, dan orang yang ditawan” (QS. Al-Insan: 8). Ini adalah sebuah bukti bahwa rahmat beliau tidak mengenal batas, bahkan dalam situasi yang paling sulit sekalipun.
Rahmat yang dibawa Nabi Muhammad SAW adalah sebuah konsep yang sangat relevan hingga hari ini. Di tengah dunia yang seringkali terpecah belah oleh perbedaan, teladan beliau adalah sebuah jembatan yang menyatukan. Ia mengajarkan kita untuk melihat manusia bukan dari perbedaan mereka, melainkan dari kemanusiaan mereka.
3. Aktualisasi Peringatan Maulid: Panggilan untuk Aksi Kemanusiaan Nyata
Hakikat merayakan Maulid tidak hanya memperingati momen kelahiran Nabi. Itu hanyalah sebuah permulaan. Yang sesungguhnya kita rayakan adalah ajaran, konsepsi, dan syariat yang beliau sampaikan kepada umatnya. Oleh karena itu, perayaan Maulid tidak bisa hanya berhenti pada ritual. Ia harus berlanjut pada sebuah tindakan nyata, sebuah aksi yang membawa rahmat dan solusi bagi krisis kemanusiaan yang kita hadapi.
Pernahkah Anda berhenti sejenak dan melihat sekeliling? Kita hidup di tengah sebuah bangsa yang penuh dengan tantangan. Kemiskinan dan pengangguran masih menganga, harga sembako dan kebutuhan pokok masih sulit terjangkau, ancaman kekerasan masih mengintai, arogansi para penguasa masih sering dipertontonkan, dan korupsi bukan lagi sesuatu yang tabu. Ini adalah potret dari krisis kemanusiaan yang nyata.
Di sinilah letak relevansi peringatan Maulid. Peringatan Maulid adalah sebuah momentum untuk meneguhkan komitmen dan kepedulian kita untuk benar-benar meneladani Sang Rasul. Bagaimana caranya?
Aksi Nyata: Kita tidak bisa hanya berdoa dan bersyukur. Kita harus bertindak. Jadikan Maulid sebagai momentum untuk meluncurkan aksi-aksi kemanusiaan. Mulailah dari lingkungan terdekat Anda. Bagikan sembako kepada mereka yang membutuhkan, bantu mereka yang kesulitan, dan jadilah suara bagi mereka yang tidak memiliki suara.
Menyebarkan Kasih Sayang: Rahmat Rasulullah tidak hanya tentang memberi makan. Ia juga tentang menyebarkan kedamaian dan kasih sayang. Jadilah agen perubahan di komunitas Anda. Selesaikan konflik dengan kepala dingin, dengarkan keluhan orang lain dengan empati, dan berikan senyuman kepada setiap orang yang Anda temui.
Menjadi Solusi: Daripada hanya mengeluh tentang masalah bangsa, mari kita menjadi bagian dari solusinya. Perbaikan kualitas pendidikan dan layanan kesehatan, pemberantasan korupsi, dan penegakan keadilan adalah bagian dari ajaran Rasulullah. Jadikanlah setiap langkah kita sebagai upaya untuk menghadirkan rahmat dan ajaran agama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Seperti yang disampaikan oleh Dr. H. Khoirul Huda Basyir, Lc. M.Si., peringatan Maulid adalah waktu untuk merefleksikan kembali ajaran Rasulullah dan mengaktualisasikannya dalam kehidupan kita. Ini adalah sebuah panggilan untuk mengubah diri kita dari sekadar pengagum menjadi peneladan, dari sekadar pendoa menjadi pelaku kebaikan.
Ringkasan dan Ajakan Bertindak: Menjadi Rahmat di Tengah Krisis Kemanusiaan
Peringatan Maulid adalah sebuah momen yang sangat istimewa. Ia adalah sebuah undangan untuk merayakan kehadiran sosok yang membawa rahmat bagi seluruh alam semesta. Namun, perayaan ini tidak boleh hanya berhenti pada ritual. Ia harus menjadi sebuah panggilan untuk bertindak, sebuah dorongan untuk menebarkan rahmat di tengah krisis kemanusiaan yang kita hadapi.
Kita telah melihat bahwa:
Peringatan Maulid adalah sebuah manifestasi syukur dan kebahagiaan yang harus kita hidupkan sepanjang waktu, bukan hanya pada satu hari tertentu.
Rahmat yang dibawa Rasulullah adalah universal, mencakup seluruh alam semesta, tanpa memandang ras, warna kulit, atau agama.
Hakikat Maulid adalah aktualisasi ajaran Nabi dalam bentuk aksi kemanusiaan yang nyata, yang membawa solusi bagi masalah-masalah bangsa.
Pada akhirnya, tanggung jawab untuk menjadikan rahmat ini nyata ada di tangan kita. Mari kita ambil hikmah dari peringatan ini. Jangan biarkan momentum ini lewat begitu saja. Mulailah dari diri Anda, dari lingkungan terdekat Anda. Jadilah sebuah manifestasi dari rahmat, sebuah cahaya di tengah kegelapan, sebuah solusi di tengah krisis.
Apa yang bisa Anda lakukan hari ini, untuk menjadi rahmat bagi orang-orang di sekitar Anda?