Inovasi Riset Berbasis Keagamaan: LPDP dan Kemenag Gandeng Dosen PTK dan Ma'had Aly untuk Kebangkitan Riset Bangsa
![]() |
https://kemenag.go.id/nasional/pengumuman-lpdp-kemenag-siapkan-dana-riset-untuk-dosen-ptk-dan-ma-had-aly-79gOe |
Apakah Anda pernah membayangkan, bagaimana dana riset bisa menjadi jembatan antara keilmuan dan kemakmuran masyarakat? Di tengah keterbatasan anggaran dan tantangan untuk terus berinovasi, Kementerian Agama (Kemenag) dan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan mengambil langkah strategis yang sangat signifikan. Mereka mengumumkan alokasi dana riset khusus bagi para dosen di Perguruan Tinggi Keagamaan (PTK) dan Ma’had Aly.
Pada Jumat, 29 Agustus 2025, di UIN Sayyid Ali Rahmatullah (UIN SATU) Tulungagung, Kepala Pusat Pembiayaan Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan (Puspenma) Ruchman Basori menyampaikan kabar gembira ini dalam sosialisasi program MoRA The Air Funds. Program ini bukan hanya sekadar pemberian dana, melainkan sebuah visi untuk menggerakkan roda riset yang inovatif, kontributif, dan berdampak nyata bagi bangsa.
Mari kita selami bersama, mengapa program ini begitu penting dan bagaimana ia akan membuka peluang emas bagi para akademisi di lingkungan PTK dan Ma’had Aly.
MoRA The Air Funds: Kolaborasi Strategis untuk Riset Berdaya Ungkit
Program MoRA The Air Funds adalah hasil kolaborasi strategis antara Kemenag dengan LPDP. Operasional pendanaan program ini ditangani oleh Puspenma, sementara kebijakan risetnya dipegang oleh Direktorat Pendidikan Tinggi Islam (Diktis). Ini adalah sebuah sinergi yang memastikan dana yang tersedia digunakan secara efektif dan sesuai dengan arah kebijakan riset yang relevan.
Sejak tahun 2024, program ini telah menyiapkan anggaran sebesar Rp50 miliar setiap tahunnya. Sebuah angka yang menunjukkan komitmen besar pemerintah untuk mendorong riset berbasis keagamaan. Dana ini tidak hanya diperuntukkan bagi dosen PTK Islam, tetapi juga bagi dosen dari binaan Ditjen Bimas Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, Konghucu, dan juga entitas Ma’had Aly. Ini adalah sebuah langkah inklusif yang mengakui pentingnya kontribusi semua entitas keagamaan dalam dunia riset nasional.
Tujuan Mulia di Balik Anggaran Riset
Lalu, apa saja tujuan mulia yang ingin dicapai melalui program MoRA The Air Funds? Menurut Ruchman Basori, ada beberapa tujuan utama yang sangat strategis:
Meningkatkan Kualitas SDM Riset: Program ini bertujuan untuk mengembangkan kualitas sumber daya riset yang inovatif dan kontributif. Ini adalah sebuah investasi jangka panjang pada para periset kita, memastikan mereka memiliki kapasitas untuk menghasilkan riset yang bermutu tinggi.
Mengembangkan Keilmuan Berbasis Riset: Dana ini akan digunakan untuk meningkatkan dan mengembangkan keilmuan di Perguruan Tinggi Keagamaan. Tujuannya agar keilmuan yang dikembangkan lebih inovatif dan memiliki dampak yang nyata bagi kehidupan masyarakat dan kebangsaan.
Hilirisasi Riset dan Dampak Nyata: Tujuan ini sangat krusial. Program ini mendorong periset untuk menghasilkan karya-karya yang tidak hanya berakhir di jurnal ilmiah, tetapi juga dapat dihilirisasi menjadi produk, teknologi, atau model yang bekerja sama dengan dunia usaha dan dunia industri (dudi). Tujuannya jelas, agar riset memiliki dampak nyata secara ekonomi dan sosial.
Memperbanyak HKI dan Publikasi Internasional: Program ini mendorong periset untuk menghasilkan Hak Kekayaan Intelektual (HKI), publikasi buku oleh penerbit internasional, dan publikasi jurnal ilmiah bereputasi internasional. Ini adalah langkah untuk meningkatkan reputasi akademik Indonesia di kancah global.
Tema Riset dan Alokasi Dana: Peluang Emas di Depan Mata
MoRA The Air Funds memiliki dua kategori tema riset dengan alokasi anggaran yang berbeda.
Tema Sosial Humaniora, Ekonomi dan Lingkungan, Kebijakan Layanan Pendidikan dan Keagamaan: Untuk tema-tema ini, maksimal anggaran yang bisa didapatkan adalah Rp500 juta.
Tema Sains dan Teknologi: Untuk tema ini, dana yang disiapkan lebih besar, yaitu maksimal Rp2 miliar.
Ini adalah sebuah peluang emas bagi para akademisi untuk mengajukan proposal riset yang ambisius dan berpotensi besar. Rektor UIN SATU Tulungagung, Abdul Aziz, menyambut baik program ini. Beliau menekankan bahwa program ini adalah kesempatan emas di tengah keterbatasan anggaran riset. "Dosen-dosen UIN SATU, insya Allah siap berkolaborasi memanfaatkan karena ini kesempatan emas di tengah anggaran riset yang selama ini sangat terbatas," katanya.
Kualifikasi Periset: Siapa Saja yang Bisa Mengambil Peluang Ini?
Tentu saja, untuk memastikan dana ini sampai pada tangan yang tepat, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh para periset utama.
Untuk Dosen PTK:
- Warga Negara Indonesia (WNI).
- Berasal dari perguruan tinggi keagamaan (PTK).
- Memiliki rekam jejak akademik yang baik.
- Memiliki kualifikasi akademik doktor (S3) dengan jenjang kepangkatan paling rendah Lektor.
- Memiliki Sinta Score overall minimal 50.
- Diutamakan berkolaborasi dengan periset dari perguruan tinggi dalam dan/atau luar negeri yang masuk peringkat 500 dunia berdasarkan QS World University Rankings.
Untuk Dosen Ma’had Aly:
WNI.
- Memiliki rekam jejak akademik yang baik.
- Memiliki kualifikasi akademik minimal magister (S2).
- Memiliki Surat Keputusan pengangkatan dosen dari Mudir Ma’had Aly dan pakta integritas.
- Mendapatkan rekomendasi dari majelis masyayikh.
- Memiliki karya akademik sesuai takhassus keilmuan ma’had aly dan berbahasa Arab.
Persyaratan ini menunjukkan bahwa Kemenag dan LPDP serius untuk menjaring para periset terbaik yang memiliki kompetensi dan komitmen tinggi.
Sebuah Langkah Menuju Kemandirian Riset Bangsa
Program MoRA The Air Funds adalah sebuah narasi tentang harapan. Ia adalah cerita tentang bagaimana sebuah alokasi dana bisa menggerakkan ribuan periset untuk menciptakan inovasi yang mengubah kehidupan. Ini adalah sebuah bukti bahwa pemerintah percaya pada potensi akademisi di lingkungan PTK dan Ma’had Aly, dan siap memberikan dukungan penuh untuk mewujudkan kebangkitan riset bangsa.
Bagi Anda, para dosen dan periset, inilah saatnya untuk mewujudkan ide-ide brilian Anda. Inilah saatnya untuk mengubah gagasan di atas kertas menjadi realitas yang bermanfaat bagi masyarakat. Mari kita sambut peluang ini dengan semangat dan kolaborasi, karena masa depan riset Indonesia kini ada di tangan kita.