Revolusi Pengukuran Kualitas Madrasah! Kemenag Andalkan Platform MAGIS untuk Mengawal Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) dan Buktikan Efektivitasnya!
![]() |
https://pendis.kemenag.go.id/direktorat-guru-dan-tenaga-kependidikan/dorong-kualitas-kurikulum-berbasis-cinta-kemenag-andalkan-platform-magis |
Halo, Bapak dan Ibu guru madrasah yang penuh dedikasi, para pengawas, kepala madrasah, dan Anda semua yang peduli terhadap kualitas pendidikan di Indonesia! Pernahkah Anda merasa bahwa penilaian mutu pendidikan seringkali terlalu fokus pada tumpukan dokumen administratif, alih-alih pada esensi proses pembelajaran di lapangan? Jika ya, maka siapkan diri Anda untuk sebuah terobosan besar dari Kementerian Agama!
Kementerian Agama terus memperkuat implementasi Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) di madrasah. Dan kini, mereka punya jagoan baru untuk memantau serta mengukur keberhasilan kurikulum revolusioner ini: platform Madrasah Digital Supervision atau MAGIS!
"MAGIS ini bukan sekadar sistem administratif. Ia hidup, aktif, dan bersifat reflektif. Ia merekam proses pembelajaran dan dampaknya secara nyata di madrasah,” tegas Thobib Al Asyhar, Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Madrasah, dalam kegiatan bertajuk Pemanfaatan MAGIS dalam Implementasi KBC yang digelar di Jakarta pada 1 Agustus 2025.
Ini adalah kabar yang sangat menggembirakan! Mari kita selami lebih dalam bagaimana MAGIS akan mengubah cara kita memandang supervisi, bagaimana ia akan mengukur "cinta" dalam kurikulum, dan bagaimana teknologi bahkan Kecerdasan Buatan (AI) akan dimanfaatkan untuk memastikan KBC tidak hanya menjadi narasi indah, tetapi nyata dirasakan manfaatnya!
MAGIS: Lebih dari Sekadar Sistem Administratif, Ia Adalah Cermin Refleksi Kualitatif!
Selama ini, sistem pemantauan mutu di madrasah memang masih dominan berbasis dokumen administratif, seperti Rencana Kerja. Dokumen-dokumen ini penting, tentu saja, tetapi seringkali gagal menangkap dinamika kualitatif dari proses pembelajaran yang sebenarnya. Di sinilah MAGIS hadir untuk mengisi kekosongan tersebut.
Thobib Al Asyhar menjelaskan esensi MAGIS dengan sangat kuat: “Ini ibarat riset kualitatif yang perlu triangulasi. Data MAGIS bisa menjadi dasar pengambilan keputusan yang lebih objektif.”
Apa artinya ini bagi Anda di madrasah?
Menangkap Sisi Kualitatif: MAGIS akan merekam dan menganalisis refleksi dari guru, kepala madrasah, dan pengawas. Ini berarti pandangan, pengalaman, dan pemikiran Anda tentang proses belajar mengajar akan menjadi data berharga yang diakui.
Fokus pada Proses dan Dampak Nyata: MAGIS tidak hanya mencatat "apa yang sudah dilakukan" berdasarkan dokumen, tetapi juga "bagaimana itu dilakukan" dan "apa dampaknya" di lapangan. Ini adalah perubahan besar dari sekadar output menjadi outcome.
Dasar Pengambilan Keputusan Objektif: Dengan data refleksi yang terekam, Kemenag dapat membuat keputusan kebijakan yang lebih berbasis bukti, bukan hanya berdasarkan asumsi atau laporan formal semata.
Bayangkan, setiap kali Anda merefleksikan proses belajar mengajar, mencatat tantangan, atau berbagi praktik baik, semua itu akan terekam dalam MAGIS. Ini akan menjadi data mentah yang diolah untuk memahami kualitas pembelajaran secara lebih mendalam dan nuansa.
Membangun Ekosistem Digital yang Menyeluruh: Integrasi dengan Platform Lain
Visi Kemenag terhadap MAGIS tidak berhenti pada satu platform saja. Thobib Al Asyhar juga menekankan perlunya integrasi MAGIS dengan platform lain seperti Pintar dan Learning Management System (LMS) Kemenag.
“Kita ingin menciptakan ekosistem digital yang menyatu, agar semua data supervisi dan pembelajaran bisa diakses secara real-time dan menyeluruh,” ujarnya.
Apa manfaat dari integrasi ini?
Akses Data Real-time: Informasi tentang proses supervisi, kinerja guru, dan hasil pembelajaran dapat diakses secara instan, memungkinkan respons yang lebih cepat terhadap kebutuhan di lapangan.
Pandangan Menyeluruh: Dengan data dari berbagai platform yang saling terhubung, Kemenag dapat memiliki gambaran holistik tentang kualitas pendidikan di madrasah. Misalnya, data dari MAGIS tentang implementasi KBC dapat dihubungkan dengan data pelatihan guru di Pintar atau materi pembelajaran di LMS.
Efisiensi dan Efektivitas: Guru dan pengawas tidak perlu lagi mengunggah data berulang kali ke berbagai platform. Semua terhubung, menghemat waktu dan tenaga administratif.
Basis Data yang Kuat untuk Kebijakan: Ketersediaan data yang kaya dan terintegrasi akan menjadi fondasi yang sangat kuat untuk merumuskan kebijakan pendidikan yang lebih tepat sasaran dan berbasis kebutuhan.
Ini adalah langkah menuju "madrasah digital" yang sesungguhnya, di mana teknologi bukan hanya alat bantu, tetapi bagian integral dari ekosistem pembelajaran dan manajemen mutu.
Mengukur "Cinta" dalam KBC: Ekoteologi sebagai Pilar Utama
Dalam konteks Kurikulum Berbasis Cinta (KBC), MAGIS menjadi instrumen yang sangat penting untuk mengukur nilai-nilai cinta yang tertanam dalam proses pembelajaran. KBC, seperti yang kita tahu, menekankan nilai-nilai cinta yang meliputi:
- Cinta kepada Tuhan
- Cinta kepada sesama
- Cinta kepada ilmu pengetahuan
- Cinta kepada alam
- Cinta kepada bangsa dan negara
Salah satu pilar utama KBC adalah ekoteologi, yaitu pandangan teologis yang menempatkan kepedulian terhadap lingkungan sebagai bagian integral dari ajaran agama. Thobib Al Asyhar sangat menekankan hal ini:
“Salah satu pilar utama KBC adalah ekoteologi. Jangan sampai ini hanya jadi slogan. Lewat MAGIS, kita bisa melihat apakah nilai ini benar-benar diterapkan, misalnya melalui program madrasah ramah lingkungan atau gerakan zero waste,” jelasnya.
Ini adalah tantangan sekaligus peluang. Bagaimana sebuah sistem digital bisa mengukur hal seabstrak "cinta" dan "kesadaran lingkungan"? MAGIS akan melakukannya dengan menangkap bukti-bukti konkret dari implementasi nilai-nilai tersebut, seperti:
- Refleksi guru tentang bagaimana mereka mengintegrasikan nilai-nilai ekoteologi dalam pelajaran.
- Laporan program madrasah yang berkaitan dengan lingkungan (misalnya, bank sampah, penanaman pohon).
- Dokumentasi gerakan zero waste di madrasah.
MAGIS akan menjadi "bukti nyata" bahwa KBC tidak hanya ada di atas kertas, tetapi benar-benar diimplementasikan dalam praktik sehari-hari madrasah.
Masa Depan MAGIS: Pemanfaatan Kecerdasan Buatan (AI) dan Modul Pelatihan Berbasis Data
Visi Kemenag terhadap MAGIS tidak berhenti di sana. Thobib Al Asyhar juga mendorong pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan (AI) dalam platform MAGIS untuk menganalisis refleksi pembelajaran secara otomatis.
“Kalau kita bisa anggarkan dengan tepat, AI bisa bantu membaca kualitas pembelajaran secara instan dan akurat,” ungkapnya.
Bayangkan potensi AI di sini! AI dapat menganalisis ribuan refleksi guru dan pengawas, mengidentifikasi pola, tren, dan bahkan memberikan feedback awal secara otomatis. Ini akan sangat mempercepat proses analisis data kualitatif yang selama ini memakan banyak waktu dan sumber daya. Dengan AI, MAGIS akan menjadi lebih dari sekadar alat pengumpul data; ia akan menjadi asisten cerdas yang membantu Kemenag memahami kualitas pendidikan secara lebih mendalam dan cepat.
Selain itu, Thobib juga menyebut pentingnya pengembangan modul pelatihan fasilitator KBC yang berbasis pada hasil supervisi yang terekam di MAGIS. Ini berarti:
Pelatihan Sesuai Kebutuhan Nyata: Modul pelatihan tidak lagi disusun berdasarkan asumsi, tetapi berdasarkan data konkret dari lapangan tentang apa yang benar-benar dibutuhkan guru dalam mengimplementasikan KBC.
Efektivitas Pelatihan: Pelatihan akan menjadi lebih efektif karena langsung mengatasi tantangan atau menguatkan praktik baik yang teridentifikasi melalui MAGIS.
Transformasi Budaya Belajar di Madrasah: Bukti Nyata KBC
Menutup sambutannya, Thobib Al Asyhar mengajak seluruh pihak untuk menjadikan MAGIS sebagai alat transformasi budaya belajar di madrasah. Ini adalah ajakan untuk tidak hanya melihat MAGIS sebagai aplikasi, tetapi sebagai instrumen perubahan yang lebih besar.
“Mari kita buktikan bahwa Kurikulum Berbasis Cinta bukan hanya narasi indah, tetapi nyata dirasakan manfaatnya bagi karakter siswa dan lingkungan madrasah,” pungkasnya.
Pernyataan ini adalah tantangan sekaligus motivasi bagi seluruh ekosistem madrasah. Ini bukan hanya tentang memenuhi standar, tetapi tentang menciptakan lingkungan belajar yang penuh cinta, kepedulian, dan kesadaran lingkungan.
Dengan MAGIS, Kemenag menunjukkan komitmen kuatnya untuk membawa madrasah ke era digital, di mana data dan refleksi kualitatif menjadi fondasi untuk pengambilan keputusan yang lebih baik, mendukung guru secara lebih efektif, dan akhirnya, menghasilkan siswa-siswa yang berkarakter, beriman, dan peduli terhadap sesama serta alam.
Apakah Anda siap menjadikan MAGIS sebagai bagian tak terpisahkan dari budaya belajar di madrasah Anda? Mari kita wujudkan madrasah yang penuh cinta dan berdampak nyata!