Revolusi Pengakuan Guru Madrasah! Kemenag Revisi KMA 890: Bukan Cuma Jam Mengajar, Kini Refleksi dan Kontribusi Nyata Anda Dihargai!
![]() |
https://pendis.kemenag.go.id/direktorat-guru-dan-tenaga-kependidikan/guru-madrasah-akan-diakui-lewat-refleksi-dan-kontribusi-nyata-kemenag-siapkan-revisi-kma-890 |
Halo, Bapak dan Ibu guru madrasah yang penuh dedikasi, serta Anda semua yang senantiasa menaruh perhatian pada kualitas pendidikan di Indonesia! Pernahkah Anda merasa bahwa kerja keras dan berbagai kontribusi Anda di luar jam mengajar seringkali tidak terhitung, bahkan terabaikan dalam sistem administrasi? Jika ya, maka siapkan diri Anda untuk sebuah kabar baik yang sangat revolusioner!
Kementerian Agama, melalui Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Madrasah, tengah menyiapkan perubahan besar dalam kebijakan beban kerja guru! Mereka sedang merevisi Keputusan Menteri Agama (KMA) Nomor 890 Tahun 2019, dan revisi ini akan membuka ruang lebih luas bagi Anda untuk dihargai atas kontribusi non-klasikal yang selama ini menjadi "kerja sunyi" Anda.
Ini bukan sekadar perubahan aturan, melainkan sebuah pergeseran paradigma yang akan mengubah cara kita memandang peran seorang guru. Pendekatan ini dinilai lebih manusiawi, relevan dengan dinamika pendidikan masa kini, dan sangat mendukung terciptanya kualitas pendidikan yang lebih utuh.
"Negara seperti Finlandia hanya menetapkan 18–24 jam tatap muka, tapi guru mereka tetap produktif dan rendah stres. Kita justru menetapkan 24 jam, tapi stres guru tinggi. Maka sistem ini memang perlu dikaji ulang,” ujar Dr. Thobib Al Asyhar, Direktur GTK Madrasah, dalam keterangannya di Depok pada Selasa, 29 Juli 2025.
Mari kita selami lebih dalam mengapa revisi KMA 890 ini begitu penting, bagaimana ia akan memuliakan profesi guru, dan apa saja elemen-elemen baru yang akan diakui sebagai bentuk nyata pengabdian Anda!
Mengapa Pengakuan "Kerja Sunyi" Guru Begitu Mendesak?
Selama ini, sistem beban kerja guru di Indonesia seringkali terjebak pada pendekatan kuantitatif semata. Fokus utama tertuju pada angka 24 Jam Tatap Muka (JTM), yang ironisnya, justru seringkali memicu stres dan praktik administratif yang tidak ideal.
Thobib Al Asyhar menegaskan, banyak guru madrasah yang secara kualitas dan dedikasi telah melakukan lebih dari sekadar mengajar di kelas. Mereka adalah mentor, pembimbing, motivator, bahkan agen perubahan di komunitasnya. Namun, semua "kerja sunyi" ini seringkali tidak memiliki pengakuan resmi dalam sistem beban kerja.
"Guru yang hebat tidak hanya hadir secara fisik, tapi mampu menciptakan ruang belajar yang reflektif, inklusif, dan berdampak. Madrasah harus menjadi rumah yang nyaman, bukan beban administratif tanpa akhir,” tandas Thobib. Pernyataan ini menyentuh inti permasalahan: sistem harus mendukung guru untuk menjadi pendidik seutuhnya, bukan sekadar pelaksana jam pelajaran.
Realitas di lapangan pun memberikan sinyal kuat akan urgensi revisi ini. Berdasarkan data Simpatika, dari total 350.419 guru tersertifikasi, angka yang mengejutkan adalah sekitar 50 ribu guru belum bisa menerima tunjangan hanya karena tidak memenuhi jumlah jam tatap muka.
"Ini sinyal kuat bahwa regulasi kita perlu disesuaikan dengan kenyataan guru sehari-hari,” tambah Thobib. Bayangkan, puluhan ribu guru yang sudah bersertifikat, yang seharusnya mendapatkan hak tunjangannya, terhambat hanya karena angka jam tatap muka yang kaku. Ini bukan hanya masalah administrasi, tetapi juga masalah keadilan dan kesejahteraan guru.
Oleh karena itu, revisi KMA 890 ini adalah jawaban konkret atas kebutuhan mendesak untuk:
Mengurangi Stres Guru: Dengan mengakui lebih banyak bentuk kontribusi, guru tidak lagi terbebani untuk mengejar JTM semata.
Mencegah Manipulasi Administratif: Guru tidak perlu lagi mencari "celah" untuk memenuhi jam, karena kontribusi mereka sudah diakui.
Meningkatkan Kualitas Pendidikan: Guru yang lebih tenang, sejahtera, dan dihargai akan lebih fokus pada kualitas pembelajaran, bukan hanya pada administrasi.
Menciptakan Keadilan: Mengakui berbagai bentuk pengabdian guru akan memberikan rasa keadilan bagi mereka yang telah bekerja keras di luar kelas.
Pengakuan Baru: Inilah Kontribusi Non-Klasikal yang Akan Dihargai!
Revisi KMA 890 ini akan membuka ruang lebih luas bagi guru untuk dihargai atas kontribusi mereka di luar jam mengajar formal. Apa saja bentuk kontribusi yang akan diakui sebagai bagian dari beban kerja guru? Beberapa contoh yang disebutkan adalah:
Refleksi: Aktivitas guru untuk mengevaluasi diri, menganalisis pembelajaran, dan mencari cara untuk terus meningkatkan kualitas pengajaran. Ini adalah inti dari pengembangan profesional berkelanjutan.
Mentoring: Peran guru dalam membimbing dan mendampingi guru lain, terutama yang baru, untuk berbagi pengalaman dan meningkatkan kompetensi bersama.
Berbagi Praktik Baik: Inisiatif guru untuk menyebarkan metode pengajaran yang efektif, inovasi, atau solusi atas tantangan pembelajaran kepada rekan-rekan sejawat. Ini bisa dalam bentuk seminar internal, workshop, atau komunitas belajar.
Peran Aktif dalam Pengembangan Madrasah: Keterlibatan guru dalam berbagai program pengembangan madrasah, seperti penyusunan kurikulum lokal, proyek sekolah, kegiatan ekstrakurikuler, atau bahkan peran dalam manajemen sekolah/madrasah.
Pendekatan ini jauh lebih komprehensif. Ini mengakui bahwa seorang guru adalah pembelajar seumur hidup, seorang pemimpin, seorang mentor, dan seorang inovator. Dengan dihargainya kontribusi ini, guru akan lebih termotivasi untuk mengembangkan diri di berbagai aspek, bukan hanya terpaku pada kuantitas jam mengajar. Ini akan mendorong lahirnya guru-guru yang lebih holistik dan berdampak.
Selaras dengan Kurikulum Berbasis Cinta (KBC): Memuliakan Guru adalah Membumikan Cinta
Revisi KMA 890 ini tidak berdiri sendiri. Ia juga diarahkan agar selaras dengan semangat Kurikulum Berbasis Cinta (KBC)—sebuah pendekatan visioner yang tengah disusun oleh GTK Madrasah. KBC menggabungkan nilai-nilai empati, ekoteologi, dan penguatan karakter dalam proses pembelajaran.
Kurikulum ini mendorong madrasah menjadi ruang ramah lingkungan dan penuh cinta, di mana guru bukan hanya pengajar, tapi juga pendidik yang membentuk jiwa. Dalam pandangan Thobib Al Asyhar, memuliakan guru adalah bagian dari membumikan cinta dalam praktik pendidikan.
“Semangatnya adalah menjadikan guru sebagai sosok profesional yang bekerja dengan hati. Cinta adalah energi utama dalam proses mendidik,” ujar Thobib.
Ini adalah filosofi yang sangat mendalam. Ketika guru merasa dicintai, dihargai, dan dimuliakan, energi positif itu akan terpancar dalam setiap interaksi mereka dengan siswa. Lingkungan belajar yang penuh cinta akan menumbuhkan peserta didik yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berkarakter, berempati, dan memiliki kesadaran akan lingkungan. Ini adalah investasi jangka panjang untuk masa depan bangsa.
Dukungan Teknologi: Magis untuk Supervisi Digital
Selain revisi kebijakan, GTK Madrasah juga serius dalam memanfaatkan teknologi untuk mendukung pengembangan guru. Mereka tengah mengembangkan Magis (Madrasah Digital Supervisor) sebagai sistem pendukung supervisi berbasis digital.
Sistem ini ditujukan untuk meningkatkan kualitas pembinaan guru melalui pengawasan dan monitoring kinerja yang lebih efisien dan akuntabel. Dengan Magis, diharapkan proses supervisi tidak lagi sekadar formalitas, melainkan menjadi alat yang efektif untuk mengidentifikasi kekuatan dan area yang perlu ditingkatkan oleh guru.
Namun, Thobib juga jujur mengakui bahwa pengembangan Magis masih menghadapi tantangan teknis, seperti kapasitas infrastruktur dan tingginya jumlah pengguna. "Sedang kita siapkan Madrasah Digital Supervisor sebagai infrastruktur pengawasan dan pengembangan madrasah berbasis teknologi,” jelas Thobib. Komitmen untuk terus berinovasi dan mengatasi tantangan ini patut kita apresiasi.
Revisi KMA 890: Lebih dari Sekadar Aturan, Ini Adalah Perubahan Paradigma!
Bapak dan Ibu guru, dan Anda semua yang membaca artikel ini, pahamilah bahwa revisi KMA 890/2019 ini bukan sekadar perubahan teknis. Ini adalah perubahan paradigma yang fundamental:
Dari guru sebagai pekerja administratif, menjadi pendidik reflektif yang berdaya cipta. Anda tidak lagi akan dibebani hanya oleh angka jam, tetapi dihargai atas kualitas dan inovasi Anda.
Dari sekolah sebagai tempat kerja, menjadi madrasah sebagai rumah bersama. Madrasah diharapkan akan menjadi lingkungan yang nyaman, inklusif, dan inspiratif bagi guru dan siswa.
Ini adalah janji untuk masa depan yang lebih cerah bagi guru madrasah. Dengan diakuinya refleksi, mentoring, berbagi praktik baik, dan kontribusi nyata lainnya, profesi guru akan semakin dihormati dan dimuliakan. Kesejahteraan bukan hanya tentang materi, tetapi juga tentang pengakuan atas dedikasi yang tulus.
Apakah Anda siap menjadi bagian dari perubahan paradigma ini dan merasakan dampak positifnya dalam karier Anda? Mari kita sambut era baru pengakuan guru madrasah ini dengan penuh semangat dan optimisme!