72 Juta Santri: Kekuatan Dahsyat Penggerak Ekonomi Umat, Membangun Peradaban Baru Lewat Zakat dan Wakaf Hijau!

72 Juta Santri: Kekuatan Dahsyat Penggerak Ekonomi Umat, Membangun Peradaban Baru Lewat Zakat dan Wakaf Hijau! 


https://kemenag.go.id/nasional/menag-imbau-72-juta-santri-berzakat-lewat-green-zakat-framework-WPCIV

Bapak dan Ibu masyarakat Indonesia, para santri yang mulia, serta seluruh penggerak ekonomi umat, mari kita renungkan sebuah pernyataan yang menggemparkan. Di hadapan para pelaku perbankan syariah, Menteri Agama Nasaruddin Umar mengutarakan sebuah visi yang tak hanya ambisius, tetapi juga revolusioner. Beliau tidak hanya berbicara tentang agama, tetapi tentang ekonomi, peradaban, dan masa depan bangsa. 

Anggaplah kita berada di dalam ballroom gedung BSI pada Rabu, 27 Agustus 2025, dan menyimak langsung setiap kata dari Menag. Kita akan mendengar sebuah ajakan yang sangat kuat: sebuah seruan kepada 72 juta santri di seluruh Indonesia untuk berzakat dan berwakaf melalui Green Zakat Framework yang dikembangkan oleh Bank Syariah Indonesia (BSI). Ini bukan sekadar ajakan untuk beribadah; ini adalah panggilan untuk menggerakkan sebuah kekuatan ekonomi yang dahsyat, yang mampu mengubah wajah bangsa. 


Zakat Hijau: Dari Kewajiban Spiritual Menjadi Kekuatan Ekonomi Global 

Menag Nasaruddin Umar membuka wawasan kita dengan sebuah fakta yang luar biasa: "Santri itu jumlahnya 72 juta termasuk gurunya. Kalau semuanya berwakaf melalui BSI, dengan program seperti ini, itu dahsyat. Bisa meloncati bank-bank yang ada." 

Bayangkan potensi yang tersembunyi di dalam angka itu. Tujuh puluh dua juta individu yang memiliki kesadaran spiritual, kini diajak untuk menyalurkan kewajiban agama mereka melalui sebuah instrumen yang tidak hanya memberdayakan ekonomi umat, tetapi juga berkontribusi pada keberlanjutan lingkungan. Green Zakat Framework bukanlah sekadar wadah; ia adalah sebuah gagasan modern yang menghubungkan ibadah dengan isu global, yaitu kelestarian alam. Ini adalah wujud nyata dari ajaran Islam yang rahmatan lil 'alamin—rahmat bagi seluruh alam. 

Menag menekankan bahwa zakat dan wakaf bukan lagi sekadar ibadah individu. Keduanya adalah instrumen penting bagi pembangunan peradaban. Jika setiap santri, setiap guru, dan setiap umat berpartisipasi, kita akan menyaksikan sebuah gelombang ekonomi baru yang tumbuh dari bawah, dari akar rumput, dari pesantren-pesantren hingga ke pusat-pusat kota. Kekuatan ini akan sangat besar, mampu menyaingi dan bahkan melampaui kekuatan ekonomi konvensional yang ada. 


Masjid sebagai Pusat Peradaban: Memakmurkan Umat, Membangun Bangsa 

Menag kemudian membawa kita kembali ke masa lalu, ke era emas peradaban Islam, dengan memberikan contoh yang sangat inspiratif. Beliau menyebutkan Masjid Nabi di Madinah, sebuah contoh peradaban yang seharusnya kita tiru. 

"Masjid jangan ada yang nganggur," tegasnya. Menurutnya, 80 persen area Masjid Nabi dahulu digunakan untuk kegiatan sosial dan ekonomi, sementara hanya 20 persen yang digunakan untuk ibadah. Ini menunjukkan bahwa masjid bukanlah bangunan pasif. Masjid adalah pusat pergerakan umat, tempat di mana ibadah dan kehidupan sehari-hari menyatu. 

Menag secara eksplisit menyerukan, "Tidak boleh ada sejengkal tanah masjid yang tidak produktif." Ini adalah sebuah tantangan bagi seluruh pengelola masjid di Indonesia. Sudah saatnya masjid tidak hanya menjadi tempat shalat, tetapi juga menjadi pusat ekonomi, pusat pelatihan, dan pusat kegiatan sosial yang memberdayakan masyarakat di sekitarnya. Jika ekonomi pesantren dan masjid dikelola dengan baik, potensinya luar biasa besar, mampu menopang kesejahteraan umat secara mandiri. 

Untuk mewujudkan ini, Menag berharap BSI tidak hanya fokus pada penghimpunan dana umat, tetapi juga terlibat dalam pembahasan peradaban baru. Beliau menegaskan bahwa ajaran Al-Qur'an harus diartikulasikan dalam konteks kekinian melalui fiqih Indonesia, sebuah interpretasi yang sesuai dengan kultur bangsa kita yang unik. 


Indonesia, Pusat Peradaban Islam Baru: Visi yang Berani dan Realistis 

Di tengah semua pembahasan ini, Menag Nasaruddin Umar mengungkapkan sebuah obsesi yang sangat besar dan patriotik. 

"Kita punya obsesi menjadikan Indonesia sebagai pusat peradaban dunia Islam baru di masa depan," tegasnya. 

Visi ini bukan khayalan. Menag memberikan argumen yang sangat kuat mengapa Indonesia pantas mengambil estafet kepemimpinan peradaban Islam. Beliau menyebutkan, "Kita paling stabil ekonominya, paling stabil politiknya, dan paling harmonis meskipun kita paling plural. We are the best harmony in the world today." 

Pernyataan ini adalah sebuah pengakuan atas keunggulan bangsa kita. Di tengah dunia yang penuh konflik dan ketidakpastian, Indonesia berdiri sebagai contoh nyata bahwa Islam dapat hidup berdampingan dengan damai dan produktif di tengah keberagaman. Visi ini adalah sebuah panggilan untuk semua pihak, dari pemerintah hingga rakyat, untuk bekerja sama menjadikan Indonesia mercusuar peradaban dunia. 


Aksi Nyata di Lapangan: Menggerakkan Pesantren dan E-Mosque 

Visi besar membutuhkan langkah-langkah konkret. Menag tidak hanya berhenti pada retorika; beliau juga memberikan contoh-contoh praktis yang bisa segera direalisasikan. 

Penguatan Ekonomi Pesantren: Santri dan pesantren adalah jantung pendidikan Islam di Indonesia. Dengan memperkuat ekonomi mereka, kita tidak hanya memberikan bekal hidup kepada para santri tetapi juga menjadikan pesantren sebagai pusat pertumbuhan ekonomi lokal. 

Pengembangan e-market berbasis masjid (e-mosque): Menag mencontohkan inisiatif di Masjid Istiqlal, yang menggandeng perusahaan perikanan, kantor pos, dan layanan kurir. Bayangkan jika model ini dikembangkan di seluruh Indonesia. Setiap masjid bisa menjadi titik pertemuan antara produsen dan konsumen, memfasilitasi perdagangan, dan memberikan layanan logistik. "Kalau e-mosque ini dikembangkan, keuntungannya besar," jelasnya. 

Menag menutup pidatonya dengan sebuah seruan kolaborasi yang sangat penting. "Karena itu, BSI perlu bersinergi dengan Kementerian Agama untuk menggarap ekonomi berbasis masjid," pungkasnya. Ini adalah ajakan untuk sebuah kemitraan strategis, di mana institusi keuangan syariah dan lembaga pemerintah bekerja sama untuk menggerakkan sebuah visi besar, memastikan setiap potensi ekonomi umat tidak terlewatkan. 

Ini bukan sekadar seruan untuk berzakat atau berwakaf. Ini adalah ajakan untuk ikut serta dalam sebuah pergerakan besar, sebuah misi untuk mengubah wajah bangsa. Mari kita jadikan zakat sebagai pintu masuk, masjid sebagai pusat, dan santri sebagai kekuatan untuk membangun Indonesia sebagai peradaban Islam yang produktif, inklusif, dan harmonis.

SiennaGrace

Selamat datang di DidikDigital.com! Kami hadir sebagai sahabat setia para pendidik. Temukan beragam artikel dan sumber daya: dari modul ajar praktis, update kurikulum terbaru (Dikdasmen & Kemenag), hingga tips meningkatkan kualitas pengajaran dan informasi asuransi yang melindungi profesi guru. Edukasi terbaik, kesejahteraan terjamin!

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama