Kurikulum Cinta dan Teologi Ekologi: Kemenag Mengukir Asta Cita Presiden, Mengajak Umat Beragama Menuju Harmoni dan Keberlanjutan!

Kurikulum Cinta dan Teologi Ekologi: Kemenag Mengukir Asta Cita Presiden, Mengajak Umat Beragama Menuju Harmoni dan Keberlanjutan! 

https://kemenag.go.id/nasional/wujudkan-asta-cita-presiden-menag-dorong-kurikulum-cinta-dan-kerukunan-umat-mdamz


Bapak dan Ibu masyarakat Indonesia, para pemuka agama, dan juga para pendidik, mari kita merenungkan sebuah visi besar yang sedang digulirkan. Sebuah visi yang tidak hanya berfokus pada pembangunan fisik seperti infrastruktur dan ekonomi, tetapi juga pembangunan jiwa dan karakter bangsa. Visi ini adalah Asta Cita yang dicanangkan oleh Presiden Prabowo Subianto, dan di tangan Kementerian Agama, visi tersebut diwujudkan dalam delapan program prioritas yang disebut Asta Protas

Pada hari Selasa, 26 Agustus 2025, di forum "Demi Indonesia, Wujudkan Asta Cita" yang diinisiasi oleh Detikcom, Menteri Agama Nasarudin Umar duduk bersama jajaran menteri Kabinet Merah Putih lainnya untuk memaparkan sebuah peta jalan yang revolusioner. Kemenag, sebuah institusi yang selama ini lekat dengan pelayanan keagamaan dan pendidikan, kini memposisikan dirinya sebagai arsitek harmoni dan keberlanjutan. Mari kita selami bersama, apa saja terobosan yang diusung Menag, dan apa artinya bagi kita semua. 


Asta Cita dan Asta Protas: Ketika Visi Presiden Berpadu dengan Misi Kemenag 

"Untuk turut mewujudkan Asta Cita dari Presiden, Kemenag memiliki beberapa program prioritas, yang diwujudkan dalam Asta Protas Kemenag, yang berfokus pada pelayanan keagamaan dan juga pedidikan," tegas Menag. 

Pernyataan ini adalah sebuah deklarasi yang jelas: tidak ada lagi lembaga yang bekerja sendiri-sendiri. Seluruh kabinet bergerak dalam satu kesatuan visi yang utuh, dari urusan pembangunan keluarga hingga perlindungan lingkungan. Kemenag, dengan ranah tugasnya yang bersinggungan langsung dengan spiritualitas dan keyakinan, menjadi salah satu pilar utama dalam membangun fondasi moral bangsa. Asta Protas ini mencakup berbagai bidang, mulai dari penguatan layanan keagamaan, pemberdayaan pesantren, hingga tata kelola kelembagaan. Namun, ada dua inovasi penting yang menjadi sorotan utama, yang menunjukkan arah baru Kemenag. 


Sebuah Terobosan Revolusioner: Membangun Fondasi Toleransi Melalui “Kurikulum Cinta” 

Ini adalah salah satu gagasan yang paling segar dan paling relevan dengan kondisi Indonesia sebagai negara majemuk. Menag Nasarudin Umar memperkenalkan pengembangan "Kurikulum Cinta," sebuah kurikulum yang berorientasi pada moderasi beragama dan penghormatan terhadap keberagaman

“Selama ini pendidikan agama sering kali menekankan perbedaan, padahal di negara majemuk seperti Indonesia, kita harus mengedepankan persamaan dan nilai toleransi. Kurikulum ini akan menjadi langkah strategis untuk membangun harmoni,” ujarnya. 

Bayangkan sebuah kelas di mana guru agama tidak lagi hanya mengajarkan tentang doktrin dan perbedaan antar-iman. Sebaliknya, mereka akan mengedepankan titik-titik temu kemanusiaan: nilai-nilai universal tentang kasih sayang, keadilan, dan belas kasih yang ada di setiap ajaran agama. Kurikulum ini akan mengubah perspektif, dari "kami dan mereka" menjadi "kita," sebagai satu bangsa. Ini adalah langkah besar untuk menumbuhkan empati dan membangun jembatan di tengah masyarakat yang beragam, memastikan bahwa perbedaan tidak menjadi sumber konflik, melainkan menjadi kekayaan yang menyatukan. 

Kurikulum ini bukan hanya untuk siswa, tetapi juga untuk para pendidik. Ini adalah sebuah ajakan untuk melakukan transformasi mental, mengubah cara pandang dari yang sebelumnya mungkin defensif dan eksklusif menjadi inklusif dan terbuka. Dengan Kurikulum Cinta, Kemenag berkomitmen untuk mencetak generasi muda yang tidak hanya taat beragama, tetapi juga ramah terhadap sesama dan mampu hidup rukun di tengah perbedaan. 


Teologi Ekologi: Menyadarkan Umat akan Hubungan Sakral dengan Alam 

Di tengah krisis iklim global, Menag juga mengusung sebuah gagasan yang sangat relevan dan visioner: teologi ekologi. Ini adalah sebuah bentuk kesadaran spiritual yang menyeimbangkan relasi manusia dengan Tuhan, sesama manusia, dan yang paling krusial, dengan alam. 

Teologi ekologi bukanlah konsep yang rumit. Ia adalah sebuah ajakan untuk menyadari bahwa alam adalah bagian dari ciptaan Tuhan yang harus dijaga dan dilestarikan. Hubungan spiritual Anda tidak berhenti di masjid, gereja, atau pura. Ia meluas hingga ke hutan, sungai, dan pegunungan. Setiap tindakan merusak lingkungan adalah tindakan yang tidak sejalan dengan ajaran agama. 

Menag menyebut ini sebagai bagian dari misi Kemenag dalam menjaga keberlanjutan kehidupan. Ini adalah respons nyata terhadap tantangan global, di mana agama memiliki peran vital dalam membangun kesadaran kolektif untuk merawat bumi. Melalui teologi ekologi, Kemenag tidak hanya ingin membuat masyarakat lebih religius, tetapi juga lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan, mengubah keyakinan menjadi aksi nyata yang berdampak positif pada keberlanjutan planet ini. 


Memperkuat Pilar Kerukunan: Dialog, Literasi, dan Tata Kelola Inklusif 

Selain dua inovasi besar di atas, Menag juga menggarisbawahi program-program penting lainnya yang menjadi bagian dari Asta Protas, yang semuanya saling melengkapi. 

Penguatan Kerukunan Umat Beragama: Kemenag akan terus mendorong dialog lintas iman. Dialog ini bukan hanya forum diskusi, tetapi sebuah ruang aman di mana para pemuka agama dari berbagai keyakinan bisa saling berbagi, memahami, dan menemukan solusi bersama untuk isu-isu sosial. 

Penguatan Literasi Keagamaan: Di era informasi yang deras, literasi keagamaan sangat penting. Program ini akan membantu masyarakat untuk membedakan antara ajaran yang benar dan hoaks atau radikalisme, memastikan pemahaman agama yang inklusif dan moderat. 

Peningkatan Tata Kelola Kelembagaan: Menag menegaskan bahwa semua transformasi ini tidak bisa berjalan tanpa fondasi yang kuat. Kemenag akan terus memperbaiki tata kelola kelembagaannya agar lebih efisien, transparan, dan responsif terhadap kebutuhan umat. 

"Transformasi ini bukan sekadar administrasi, tetapi membangun ethos baru yang lebih inklusif, humanis, dan berperspektif lingkungan,” tegas Menag. 


Menuju Masyarakat yang Religius, Rukun, dan Adaptif 

Bapak dan Ibu, inilah visi Kemenag untuk masa depan. Ini adalah ajakan untuk menjadi bagian dari masyarakat yang tidak hanya religius, tetapi juga rukun, ramah terhadap perbedaan, dan adaptif terhadap perubahan zaman. Ini adalah sebuah komitmen untuk membangun peradaban yang berlandaskan cinta kasih, toleransi, dan kesadaran lingkungan. 

Mari kita dukung visi ini, karena di dalam setiap langkahnya, terletak janji untuk sebuah Indonesia yang lebih harmonis, damai, dan sejahtera bagi kita semua.

SiennaGrace

Selamat datang di DidikDigital.com! Kami hadir sebagai sahabat setia para pendidik. Temukan beragam artikel dan sumber daya: dari modul ajar praktis, update kurikulum terbaru (Dikdasmen & Kemenag), hingga tips meningkatkan kualitas pengajaran dan informasi asuransi yang melindungi profesi guru. Edukasi terbaik, kesejahteraan terjamin!

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama