GURU DAN SANTRI PESANTREN SIAP KUASAI MASA DEPAN! Kado Hari Santri 2025: Pemerintah dan Microsoft Geber Pelatihan AI untuk 50 Ribu Guru dan Santri di 512 Pesantren! Ini Dia Terobosan Inklusif yang Menyatukan Kitab Kuning dan Kecerdasan Buatan!
![]() |
| https://pendis.kemenag.go.id/direktorat-pd-pontren/pemerintah-dan-microsoft-latih-50-ribu-guru-pesantren-santri-siap-kuasai-teknologi-ai |
Halo, para guru, santri, dan pegiat pendidikan di seluruh Indonesia! Pernahkah Anda membayangkan, bagaimana teknologi paling mutakhir, Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence/AI), berkolaborasi dengan tradisi keilmuan yang mengakar kuat di pesantren? Impian itu kini menjadi kenyataan yang sangat ambisius! Pemerintah Republik Indonesia, melalui Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, bersama raksasa teknologi global, Microsoft Indonesia, baru saja meluncurkan inisiatif pelatihan AI berskala besar yang menargetkan 50 ribu guru dan santri dari 512 pesantren di seluruh nusantara.
Ini bukan sekadar pelatihan; ini adalah langkah strategis nasional untuk memastikan bahwa lingkungan pesantren—yang telah menjadi tulang punggung pendidikan bangsa selama puluhan tahun—tidak hanya mengikuti perkembangan zaman, tetapi ikut menciptakan masa depan teknologi! Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, Bapak Basnang Said, dengan bangga menyebut program ini sebagai "kado negara untuk para santri" menjelang Hari Santri 2025. Bersiaplah! Kami akan membedah tuntas mengapa pesantren adalah arena paling strategis untuk pengembangan AI, bagaimana kolaborasi ini menjawab tantangan pembelajaran kitab kuning dan bahasa Arab, dan mengapa AI hadir bukan untuk menggantikan, melainkan untuk memperkuat peran mulia guru sebagai penanam nilai!
Pilar 1: Kado Negara Menjelang Hari Santri (Inklusivitas Teknologi bagi 50 Ribu Jiwa)
Pengumuman yang disampaikan di Kantor Microsoft Indonesia pada Senin (20/10/2025) menjadi tonggak bersejarah yang menegaskan komitmen pemerintah dan swasta terhadap pembelajaran inklusif.
A. Skala Pelatihan yang Ambisius (50.000 Peserta dari 512 Institusi):
Inisiatif ini diluncurkan dengan target yang masif pada tahap pertama, membuktikan keseriusan kedua belah pihak:
Target: Melatih 50.000 guru dan santri.
Jangkauan: Melibatkan 512 pesantren di seluruh Indonesia.
Momen Spesial: Pelaksanaan pelatihan dijadwalkan hanya dua hari sebelum Hari Santri tahun 2025, menjadikan momentum ini sangat bermakna sebagai hadiah pengakuan terhadap potensi santri.
Program yang difokuskan melalui inisiatif AI Teaching Power dari Microsoft ini secara eksplisit menunjukkan bahwa akses teknologi tidak lagi eksklusif milik kota besar, tetapi harus merata hingga ke jantung pendidikan tradisional Indonesia.
B. Komitmen Microsoft: Akses AI Inklusif dan Bertanggung Jawab:
Presiden Direktur Microsoft Indonesia, Bapak Dharma Simorangkir, secara tegas menjabarkan filosofi kolaborasi ini:
Membuka Akses: Microsoft berkomitmen untuk membuka akses AI secara inklusif dan terjangkau, memastikan santri tidak tertinggal dalam perkembangan zaman.
Daya Saing Global: Tujuan akhir dari pelatihan ini adalah memberdayakan santri mampu bersaing secara global dalam bidang teknologi, sambil tetap memegang erat nilai-nilai keislaman.
Fokus Awal: Program AI Teaching Power secara spesifik menargetkan 50.000 guru di lingkungan pesantren pada tahap pertama, menandakan pengakuan bahwa transformasi dimulai dari para pendidik.
C. Pesantren sebagai Tulang Punggung Transformasi Digital:
Staf Khusus Wakil Presiden RI, Bapak Achmad Adhitya, menyebut pesantren sebagai salah satu tulang punggung paling penting dalam sistem pendidikan di Indonesia.
Akar Kuat: Pesantren memiliki sejarah panjang dan mengakar kuat di masyarakat.
Kolaborasi Kunci: Beliau yakin bahwa jika kekuatan pesantren ini dapat dikolaborasikan dengan teknologi AI, akan terjadi transformasi yang sangat signifikan di Indonesia.
Pilar 2: Tantangan dan Peran Strategis Pesantren di Era AI (Mengisi Ruang Digital)
Transformasi ini tidak hanya tentang penggunaan AI oleh pesantren, tetapi juga tentang peran aktif pesantren dalam membentuk sistem AI itu sendiri agar relevan dengan konteks keislaman.
A. Mengatasi Tantangan Pembelajaran Kitab Kuning dan Bahasa Arab:
Direktur Basnang Said mengidentifikasi tantangan spesifik yang harus dipecahkan oleh kolaborasi ini:
"Tantangan kita saat ini adalah bagaimana sistem AI dapat membantu pembelajaran bahasa Arab dan kitab kuning."
Relevansi Konten: Pembelajaran bahasa Arab dan kitab kuning memerlukan pemahaman konteks, gramatika klasik, dan istilah-istilah keagamaan yang mendalam. AI harus mampu menyesuaikan diri dengan keunikan materi-materi ini.
Solusi Berbasis Data: Tantangan ini hanya bisa dijawab jika pesantren ikut aktif mengisi ruang digital dengan data dan pengetahuan keislaman.
B. Kewajiban Pesantren sebagai Data Contributor:
Basnang Said menegaskan bahwa pesantren tidak boleh hanya menjadi pengguna teknologi, tetapi harus menjadi produsen data keislaman bagi sistem AI global:
"Karenanya, pesantren harus berperan aktif sebagai lembaga yang memberikan masukan ke dalam sistem pengetahuan digital."
Menjamin Akurasi AI: Jika data keislaman dan keilmuan pesantren tidak diinput ke sistem, AI berisiko menghasilkan informasi yang tidak akurat atau bias terhadap nilai-nilai keagamaan.
Membentuk Ekosistem Digital Inklusif: Dengan mengisi ruang digital, pesantren memastikan bahwa sistem AI masa depan menjadi inklusif, mencerminkan kekayaan intelektual dan kearifan lokal Indonesia.
C. AI Bukan Pengganti, tetapi Penguat Guru:
Presiden Direktur Microsoft, Dharma Simorangkir, memberikan penegasan penting yang menghilangkan kekhawatiran:
"Kami tegaskan, AI tidak akan pernah menggantikan peran manusia, apalagi peran guru. Sebaliknya, AI hadir untuk memperkuat dan memperluas dampak positif peran guru sebagai pemimpin dan penanam nilai."
Fokus pada Nilai: Teknologi hanya akan bermakna jika digunakan sesuai nilai-nilai kemanusiaan dan keilmuan yang selama ini menjadi dasar pendidikan Islam di pesantren.
Guru sebagai Pemimpin: AI berfungsi sebagai alat yang memberdayakan guru, membebaskan mereka dari tugas-tugas administratif rutin, dan memungkinkan mereka fokus pada peran esensial mereka: menanamkan nilai, rasa ingin tahu, dan semangat belajar sepanjang hayat.
Pilar 3: Membuka Babak Baru Pendidikan Berbasis Nilai dan Teknologi
Kerja sama ini melampaui pelatihan teknis; ia adalah visi untuk transformasi pendidikan berbasis teknologi AI yang inklusif dan bernilai di Indonesia.
A. Tiga Pijakan Visi Transformasi:
Visi yang diusung oleh kolaborasi ini berdiri di atas tiga pijakan kuat:
Teknologi: Membawa alat AI terbaru langsung ke tangan guru dan santri.
Nilai Keagamaan: Memastikan penggunaan AI tetap menjunjung tinggi nilai, rasa ingin tahu, dan semangat belajar sepanjang hayat, sesuai akar pendidikan Islam.
Kearifan Lokal: Memasukkan konteks dan kekayaan pengetahuan keislaman lokal ke dalam sistem digital.
B. Mengukur Dampak Signifikan:
Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Perekonomian, Pariwisata, dan Transformasi Digital Sekretariat Wapres, Dyah Kusumastuti, dan Wakil Sekjen PBNU, Najib Azka, turut menyaksikan peluncuran ini, menggarisbawahi pentingnya dukungan lintas sektor:
Transparansi dan Dukungan: Kehadiran perwakilan dari Sekretariat Wapres menunjukkan dukungan penuh dari lembaga eksekutif tertinggi terhadap inisiatif ini sebagai bagian dari agenda transformasi digital nasional.
Sinergi Ormas: Kehadiran PBNU menunjukkan bahwa organisasi massa Islam terbesar di Indonesia menyambut positif dan siap mengkolaborasikan kekuatan tradisional pesantren dengan kemajuan teknologi modern.
C. Menjadikan Indonesia Leader AI Inklusif:
Program ini adalah langkah awal yang menjanjikan:
"Hari ini adalah langkah awal menuju terobosan pendidikan berbasis teknologi AI yang inklusif dan bernilai," tutur Dharma Simorangkir.
Jika 50 ribu guru dan santri ini berhasil menguasai dan memberi masukan pada sistem AI, Indonesia tidak hanya menjadi konsumen teknologi, tetapi juga pemimpin dalam menciptakan ekosistem AI yang etis, bernilai, dan relevan dengan konteks keagamaan.
Ringkasan dan Ajakan Bertindak: Kuasai AI, Jaga Nilai!
Pemerintah dan Microsoft meluncurkan pelatihan AI Teaching Power untuk 50.000 guru dan santri dari 512 pesantren sebagai kado Hari Santri 2025.
Tujuan Utama: Mewujudkan pembelajaran inklusif dan berdaya saing, dengan fokus pada tantangan pembelajaran bahasa Arab dan kitab kuning.
Kewajiban Pesantren: Pesantren harus aktif memberikan input data keislaman ke dalam sistem AI.
Peran Guru: AI tidak menggantikan, melainkan memperkuat peran guru sebagai penanam nilai dan pemimpin.
Bagi Anda, para guru dan santri, kesempatan emas ini sudah di depan mata! Segera manfaatkan pelatihan ini, serap setiap ilmu AI yang diberikan, dan ingatlah pesan penting: Teknologi adalah alat, nilai keislaman adalah kompas!
Sudahkah Anda mendaftar atau memastikan pesantren Anda termasuk dalam 512 institusi yang berhak mendapatkan kado AI ini? Ambil peran Anda sekarang: jadilah jembatan antara keilmuan tradisional yang mendalam dan masa depan teknologi yang inklusif!
