Mulai Hari Ini, Pendidikan Islam Wajib Jadi Produsen Narasi! Dirjen Pendis: "Bicara dengan Kinerja!" Kemenag Setop Jadi Objek Opini, Bentuk Tim Khusus Media Demi Integritas Informasi dan Eksploitasi Prestasi OSN!

Mulai Hari Ini, Pendidikan Islam Wajib Jadi Produsen Narasi! Dirjen Pendis: "Bicara dengan Kinerja!" Kemenag Setop Jadi Objek Opini, Bentuk Tim Khusus Media Demi Integritas Informasi dan Eksploitasi Prestasi OSN! 

https://pendis.kemenag.go.id/sekretariat-ditjen-pendidikan-islam/perkuat-citra-pendidikan-islam-dirjen-pendis-saatnya-bicara-dengan-kinerja


Pernahkah Anda merasa bahwa citra pendidikan Islam di media seringkali didominasi oleh isu negatif atau berita-berita yang sensasional, padahal di dalamnya tersimpan segudang prestasi dan capaian luar biasa? Selama ini, institusi pendidikan Islam mungkin terlalu sering menjadi objek opini yang pasif. Kini, waktunya telah tiba untuk berubah! Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, Amien Suyitno, secara tegas mendeklarasikan strategi baru: "Saatnya Bicara dengan Kinerja!" Dalam kegiatan Pembinaan dan Peningkatan SDM Data, Informasi, dan Humas (16–18 Oktober 2025 di Bogor), Dirjen Pendis menginstruksikan pembentukan tim khusus strategi media yang akan bertugas menjadikan Ditjen Pendis produsen narasi yang sistematis, profesional, dan berbasis data. “Cara terbaik menghadapi isu negatif bukan sekadar klarifikasi, tetapi menawarkan fakta, prestasi, dan capaian kinerja,” tegasnya. Kami akan membedah mengapa prestasi seperti OSN oleh siswa madrasah tidak boleh lagi "berhenti di lingkup internal," empat fokus utama komunikasi yang harus diterapkan, dan bagaimana Kemenag akan mengubah musibah pemberitaan masa lalu menjadi batu loncatan untuk membangun sistem komunikasi yang kuat dan profesional. 


Pilar 1: Revolusi Narasi—Dari Objek Menjadi Produsen Opini 

Dirjen Pendis, Amien Suyitno, menilai bahwa citra pendidikan Islam harus diperkuat melalui strategi komunikasi yang proaktif dan terencana. 

A. Menolak Menjadi Objek Pasif: 

Tuntutan Proaktif: Dalam menghadapi dinamika informasi yang berkembang, terutama berita negatif, Amien Suyitno menegaskan perlunya strategi komunikasi yang sistematis, profesional, dan berbasis data. 

Tolak Opini: “Kita tidak boleh hanya menjadi objek opini. Mulai sekarang, kita harus hadir sebagai produsen narasi,” tegasnya. 

B. Kinerja sebagai Senjata Utama: 

Strategi utama untuk melawan isu negatif bukanlah klarifikasi yang reaktif, melainkan penyajian fakta yang kuat: 

“Cara terbaik menghadapi isu negatif bukan sekadar klarifikasi, tetapi menawarkan fakta, prestasi, dan capaian kinerja.” 

Ini adalah filosofi baru: Pencitraan tidak perlu dibangun, yang harus dibangun adalah integritas informasi yang didukung oleh kinerja nyata. 

C. Mengubah Prestasi Internal Menjadi Berita Nasional: 

Amien menyoroti kegagalan masa lalu dalam memanfaatkan momen positif: 

Contoh Prestasi: “Prestasi OSN oleh siswa madrasah, misalnya, seharusnya langsung diekspos ke publik.” 

Hak Publik: “Jangan ada capaian besar yang berhenti di lingkup internal. Publik berhak tahu kualitas pendidikan Islam saat ini,” ujarnya. 

Setiap satuan kerja diminta untuk memastikan bahwa setiap keberhasilan akademik, inovasi, dan terobosan harus segera disuarakan keluar. 


Pilar 2: Pembentukan Tim Khusus dan Empat Fokus Strategis 

Untuk menjamin komunikasi publik berjalan sistematis, Ditjen Pendis menginstruksikan pembentukan tim khusus dan merumuskan empat fokus strategis yang harus diikuti oleh Humas di seluruh satuan kerja. 

A. Pembentukan Tim Khusus Strategi Media: 

Tujuan: Merumuskan langkah komunikasi nasional yang terkoordinasi. 

Tugas Pokok Tim: 

Publikasi capaian (mengubah prestasi menjadi berita). 

Manajemen isu (menangani isu negatif secara terencana). 

Konsolidasi data antar satuan kerja (memastikan semua informasi terpusat dan valid). 

B. Empat Fokus Utama Komunikasi Publik (Strategi Proaktif): 

Humas di setiap satuan kerja diminta tidak bersifat reaktif, melainkan membangun narasi balik yang elegan, mengedukasi, dan berkelanjutan. 

Keseimbangan Konten: Fokus utama melalui publikasi capaian kinerja (menyeimbangkan berita positif vs. negatif). 

Distribusi Informasi: Memastikan capaian disalurkan ke media nasional (memperluas jangkauan audiens). 

Penetapan Tema Harian: Menetapkan tema publikasi harian (menciptakan narasi yang fokus dan berkelanjutan). 

Bahasa Komunikasi: Penggunaan bahasa komunikasi yang lembut dan edukatif (mencerminkan karakter pendidikan Islam). 

Melalui empat fokus ini, Kemenag ingin memastikan masyarakat mendapatkan gambaran utuh bahwa pendidikan Islam tidak hanya bertahan, tetapi juga berprestasi. 


Pilar 3: Menjadikan Musibah Masa Lalu Sebagai Batu Loncatan 

Dirjen Pendis menekankan bahwa dinamika pemberitaan negatif di masa lalu harus dilihat sebagai pelajaran berharga, bukan sebagai kegagalan permanen. 

A. Hikmah di Balik Musibah: 

Amien Suyitno mengajak jajarannya untuk mengambil hikmah dari setiap krisis informasi: 

“Di balik setiap musibah ada hikmah. Kita jadikan pengalaman kemarin sebagai batu loncatan untuk membangun sistem komunikasi yang lebih kuat dan profesional,” pungkasnya. 

Pengalaman negatif harus memicu perbaikan sistem yang mendasar, terutama dalam hal kecepatan data dan kesiapan narasi. 

B. Integritas Informasi vs. Pencitraan: 

Sistem komunikasi yang dibangun Ditjen Pendis bukan sekadar upaya spin atau pencitraan sesaat, tetapi usaha mendasar untuk membangun kepercayaan publik: 

Tujuan Murni: “Kita tidak sedang membangun pencitraan, tapi integritas informasi.” 

Kepercayaan Publik: Tujuannya adalah agar masyarakat mendapatkan informasi yang akurat dan berbasis fakta (kinerja). 

Ini adalah penguatan citra yang didukung oleh substansi kinerja (misalnya, keberhasilan PPG, pencairan BOS, atau prestasi OSN). 


Ringkasan dan Ajakan Bertindak: Bangun Citra, Bicara Kinerja! 

Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Amien Suyitno, menyerukan revolusi komunikasi publik: Pendidikan Islam harus menjadi produsen narasi dengan cara terbaik, yaitu bicara melalui capaian kinerja. 

Strategi Utama: Melawan isu negatif dengan menawarkan fakta, prestasi, dan capaian kinerja (seperti OSN madrasah). 

Tim Khusus: Pembentukan tim khusus strategi media untuk mengonsolidasikan data dan publikasi secara sistematis. 

Empat Fokus: Komunikasi harus proaktif, terkoordinasi, menggunakan bahasa lembut, dan fokus pada capaian kinerja. 

Filosofi: Integritas informasi harus menjadi tujuan, bukan sekadar pencitraan. 

Era Humas yang reaktif dan firefighting telah berakhir. Kini, setiap Humas dan pejabat di lingkungan pendidikan Islam harus menjadi juru bicara yang strategis dan berbasis data

Sebagai seorang Humas, stakeholder, atau pejabat di satuan kerja Pendidikan Islam, langkah cepat apa yang akan Anda lakukan pekan ini untuk memastikan prestasi lembaga Anda tidak lagi "berhenti di lingkup internal," tetapi segera terekspos secara sistematis dan profesional ke media nasional?

SiennaGrace

Selamat datang di DidikDigital.com! Kami hadir sebagai sahabat setia para pendidik. Temukan beragam artikel dan sumber daya: dari modul ajar praktis, update kurikulum terbaru (Dikdasmen & Kemenag), hingga tips meningkatkan kualitas pengajaran dan informasi asuransi yang melindungi profesi guru. Edukasi terbaik, kesejahteraan terjamin!

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

iklan 1

iklan 2