Kenapa Wamenag Menargetkan Sertifikasi 629.000 Guru Kemenag Selesai dalam 2 Tahun dan Bagaimana Anggarannya Diperjuangkan?
![]() |
https://ppg.kemenag.go.id/news/detail/16oNr/nasional |
Pernahkah Anda merasa bahwa sebuah masalah terasa tak berujung, dan solusi yang ada terlalu lambat? Bagi lebih dari 629.000 guru di bawah binaan Kementerian Agama (Kemenag) yang belum bersertifikasi, proses mendapatkan pengakuan profesional seringkali terasa seperti itu. Skema lama memperkirakan proses ini memakan waktu hingga 12 tahun—sebuah durasi yang terasa sia-sia. Namun, kini ada sebuah komitmen yang sangat tegas dan ambisius. Wakil Menteri Agama (Wamenag), Romo Muhammad Syafi'i, secara terbuka menyatakan target: sertifikasi seluruh guru Kemenag harus selesai pada tahun 2027. Ini adalah sebuah percepatan dua kali lipat yang revolusioner, yang lahir dari pemahaman bahwa masalah ini tidak akan pernah tuntas jika ditangani dengan kecepatan yang sama. Ini bukan sekadar janji, tetapi sebuah aksi nyata untuk meningkatkan profesionalisme, kualifikasi, dan kesejahteraan guru. Mari kita bedah tuntas, bagaimana target ini bisa dicapai, dan strategi apa yang digunakan Wamenag untuk mengatasi kendala anggaran yang sempat menghalangi.
Mengapa Skema 12 Tahun Adalah Sebuah Kegagalan yang Harus Diakhiri?
Jika Anda adalah salah satu dari guru yang belum bersertifikasi, Anda pasti merasakan betapa lamanya proses yang ada. Romo Syafi'i dengan jujur memaparkan akar masalahnya. Saat ini, terdapat sekitar 629.000 guru (mencakup guru agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Khonghucu) yang menunggu sertifikasi. Skema Kemenag saat itu hanya mampu menargetkan sekitar 45.000 guru per tahun.
Coba kita hitung bersama. Dengan kuota 45.000 guru per tahun untuk 629.000 guru, Anda membutuhkan waktu lebih dari 12 tahun untuk menuntaskan semua.
Inilah analisis kritis Wamenag: "Saya melihat, jika kuota tetap sekitar 45.000 guru, program ini akan selesai dalam 12 tahun. Namun, begitu selesai, akan ada guru baru lagi yang masuk dan harus disertifikasi. Dengan demikian, permasalahan ini tidak akan pernah tuntas."
Pernyataan ini menunjukkan bahwa skema lama hanya menambal masalah, bukan menuntaskannya. Ia menciptakan sebuah lingkaran setan yang tidak akan pernah menyelesaikan masalah kekurangan sertifikasi secara keseluruhan.
Menyikapi kenyataan yang mengkhawatirkan ini, Wamenag mengambil tindakan yang sangat tegas dan berani. Ia meminta program sertifikasi dipercepat dua kali lipat, dengan target yang tidak bisa ditawar: "2027, semua guru yang bertugas di lingkungan Kementerian Agama harus bersertifikasi." Target ini secara efektif memangkas durasi dari 12 tahun menjadi hanya 2 tahun (dari 2025 ke 2027). Ini adalah sebuah lompatan kuantum yang menunjukkan bahwa Kemenag berkomitmen untuk menyelesaikan masalah ini hingga ke akarnya.
Perjuangan Melawan Kendala Anggaran: Kunci Sukses Diplomasi Anggaran
Target ambisius tahun 2027 tentu saja tidak mudah diucapkan, apalagi dijalankan. Kendala terbesar yang dihadapi adalah ketersediaan anggaran.
Romo Syafi'i mengenang, ketika target percepatan ini diutarakan, para pejabat terkait di Kemenag sempat merasa tidak sanggup. Mereka berkata, "Waktu itu mereka bilang kita tidak sanggup. Karena dana yang tidak ada." Ini adalah sebuah realita yang sering terjadi dalam program pemerintah: ambisi yang besar terbentur oleh ketersediaan dana APBN.
Namun, Wamenag Romo Syafi'i menolak menyerah pada kendala ini. Ia meyakinkan bahwa masalah pembiayaan dapat diatasi melalui upaya terpadu dan jalur diplomatik. Ini adalah sebuah pelajaran penting tentang kepemimpinan: tidak hanya menetapkan target, tetapi juga berjuang mencari solusi untuk masalah terbesarnya.
Perjuangan anggaran ini terbagi menjadi dua fokus utama:
Guru Mata Pelajaran Agama: Wamenag telah berhasil mengatasi persoalan dana untuk guru mata pelajaran agama (PAI, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, Khonghucu).
Guru Mata Pelajaran Umum: Kemenag kini tengah berjuang untuk mendapatkan alokasi anggaran bagi guru yang mengajar mata pelajaran umum di madrasah.
Komitmen Romo Syafi'i sangatlah personal. Ia bahkan berjanji akan menjalin komunikasi langsung dengan menteri terkait untuk memastikan ketersediaan dana. Upaya ini menunjukkan bahwa sertifikasi guru kini menjadi agenda prioritas nasional yang diperjuangkan hingga ke level tertinggi.
Sertifikasi Bukan Akhir, Tapi Kunci Kesejahteraan dan Kualifikasi
Mengapa perjuangan percepatan sertifikasi ini begitu penting bagi Wamenag? Karena ini adalah kunci ganda yang akan membuka pintu menuju peningkatan kualifikasi dan kesejahteraan guru.
Romo Syafi'i menegaskan bahwa komitmen percepatan ini sejalan dengan upaya Kemenag untuk meningkatkan kesejahteraan guru. Sertifikasi adalah prasyarat untuk mendapatkan Tunjangan Profesi Guru (TPG), yang secara signifikan akan meningkatkan penghasilan mereka.
Wamenag menutup pembinaan ASN dengan janji yang sangat membesarkan hati: "Supaya tahun 2027, tidak ada lagi guru kita yang belum gajinya dibawakan di atas Rp 2 juta rupiah," katanya. Pernyataan ini secara implisit menegaskan bahwa Tunjangan Profesi Guru (TPG) akan menjadi faktor kunci yang mendongkrak kesejahteraan guru, membawa gaji mereka jauh di atas angka minimum yang disebutkan.
Dengan tuntasnya sertifikasi, kita akan melihat dampak besar:
Peningkatan Kualifikasi: Guru-guru akan dibekali dengan ilmu dan metode mengajar terkini.
Peningkatan Profesionalisme: Guru akan diakui sebagai tenaga profesional, meningkatkan martabat profesi mereka.
Peningkatan Kesejahteraan: Tunjangan profesi akan memastikan guru dapat fokus mengabdi tanpa dibebani masalah ekonomi.
Ini adalah sebuah investasi jangka panjang yang akan melahirkan generasi siswa yang cerdas, berakhlak, dan dibimbing oleh guru-guru yang paling profesional dan sejahtera.
Ringkasan dan Ajakan Bertindak: Dukung Target Besar 2027!
Target Wamenag Romo Syafi'i untuk menyelesaikan sertifikasi 629.000 guru Kemenag pada tahun 2027 adalah sebuah terobosan yang fenomenal. Kita telah melihat bahwa:
Target ini memangkas durasi dari 12 tahun menjadi 2 tahun, mengakhiri lingkaran setan kekurangan sertifikasi.
Percepatan ini adalah kunci untuk meningkatkan profesionalisme dan kualifikasi seluruh tenaga pengajar Kemenag.
Kendala anggaran sedang diatasi melalui jalur diplomatik dan komitmen personal Wamenag.
Tuntasnya sertifikasi adalah janji untuk meningkatkan kesejahteraan guru, memastikan gaji mereka mencapai standar yang layak melalui Tunjangan Profesi.
Jika Anda adalah seorang guru Kemenag, bersiaplah! Gunakan waktu ini untuk mempersiapkan diri dan berkas Anda sebaik mungkin. Jika Anda adalah masyarakat umum, mari kita dukung penuh komitmen Kemenag ini. Ini adalah sebuah perjuangan untuk masa depan pendidikan bangsa.