Menyuntikkan Dana Rp34,3 Miliar: Langkah Tegas Kemenag Memastikan 42.878 Guru Agama Segera Terima Tunjangan Profesi!
https://ppg.kemenag.go.id/news/detail/9dktI/nasional
Pernahkah Anda bertanya-tanya, apa yang terjadi di balik layar agar seorang guru bisa mendapatkan sertifikasi dan tunjangan yang layak? Itu adalah sebuah proses panjang yang melibatkan komitmen anggaran besar dan koordinasi yang presisi. Kabar gembira datang dari Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama (Kemenag): mereka tidak main-main dalam meningkatkan kualitas dan kesejahteraan guru. Kemenag kini menggelontorkan anggaran sebesar Rp34,3 miliar untuk membiayai Pendidikan Profesi Guru (PPG) bagi 42.878 Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah. Angka ini bukan sekadar statistik anggaran, melainkan sebuah janji nyata untuk memastikan guru-guru ini tidak hanya mengajar dengan profesional, tetapi juga segera mendapatkan Tunjangan Profesi yang sangat mereka nantikan. Mari kita selami lebih dalam, mengapa percepatan pencairan dana ini begitu krusial dan bagaimana Kemenag memastikan PPG ini berjalan tanpa sekadar menjadi formalitas belaka.
Pencairan Anggaran: Langkah Awal Menuju Profesionalisme Guru
Kerja sama yang baru saja ditandatangani antara Direktur PAI, M. Munir, dengan para Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, adalah tonggak penting. Perjanjian Kerja Bersama (PKB) ini secara langsung mengawali proses pencairan anggaran Rp34,3 miliar yang bersumber dari APBN DIPA Direktorat Pendidikan Islam.
Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Suyitno, menegaskan bahwa proses ini harus berjalan sesuai prosedur baku APBN. Ia mengumpulkan para Dekan dan Wakil Dekan II LPTK untuk menandatangani PKB ini secara bersama-sama, memastikan pencairannya pun dapat dilakukan bersama-sama. Tindakan ini sangat strategis, mencegah adanya keterlambatan atau dispensasi yang bisa menghambat proses pembelajaran guru.
M. Munir, Direktur PAI, memberikan penekanan yang sangat jelas: LPTK harus sesegera mungkin melakukan pencairan anggaran PPG Dalam Jabatan (Daljab) Angkatan 2 Guru PAI di Sekolah. Keputusan ini diambil karena pembelajaran PPG Angkatan 2 sudah berlangsung. Percepatan pencairan ini tidak hanya membantu LPTK menjalankan program dengan lancar, tetapi juga secara langsung meningkatkan serapan anggaran pada Direktorat Pendidikan Agama Islam—sebuah indikator kinerja yang baik.
Total peserta PPG Angkatan 2 ini mencapai 69.313 guru PAI. Rinciannya menunjukkan komitmen ganda, baik dari pusat maupun daerah:
42.878 guru dibiayai oleh APBN (dengan total anggaran Rp34,3 miliar).
Sisanya dibiayai oleh APBD.
Ini adalah sebuah investasi besar. Bagi guru-guru yang dibiayai APBN, kelancaran pencairan dana ini adalah jaminan bahwa proses belajar mereka akan didukung secara finansial, sehingga mereka dapat fokus penuh untuk meningkatkan kompetensi dan segera meraih sertifikat pendidik.
Lebih dari Formalitas: Tantangan Kualitas untuk LPTK
Di tengah sorotan terhadap anggaran, Dirjen Suyitno memberikan peringatan keras kepada para pemegang kebijakan di 46 Lembaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang terlibat. Ia mengingatkan, "Jangan pernah menganggap PPG ini hanya formalitas saja."
Ini adalah sebuah tantangan kualitas yang sangat penting. PPG dirancang untuk melahirkan guru profesional, bukan sekadar memberikan sertifikat. Suyitno menekankan bahwa guru-guru yang mengikuti PPG harus dibekali dengan kemampuan yang memadai sehingga mereka benar-benar bisa mengajar secara profesional.
Mengajar secara profesional di era ini menuntut lebih dari sekadar penguasaan materi. Ini mencakup:
Kemampuan Pedagogi Inovatif: Mampu menerapkan metode mengajar yang menarik dan relevan.
Penguasaan Teknologi Digital: Mampu memanfaatkan platform dan alat digital dalam pembelajaran.
Kesiapan Mental dan Spiritual: Mampu mendidik karakter siswa, bukan hanya transfer ilmu.
Oleh karena itu, LPTK harus melihat PPG sebagai sebuah misi mulia untuk transformasi kualitas pendidikan, bukan sekadar menjalankan kegiatan formal.
Riset dan Inovasi: Warisan Abadi dari Forum Dekan
Dirjen Suyitno juga tidak berhenti pada aspek operasional. Ia mengajak para Dekan dan Wakil Dekan II untuk melangkah lebih jauh, mengukir warisan (legacy) yang abadi melalui riset dan inovasi.
Pertama, ia mendorong LPTK untuk membuat riset tentang penyelenggaraan PPG di LPTK masing-masing. Riset ini sangat krusial untuk mengukur keberhasilan program. Hanya dengan data dan evaluasi ilmiah, Kemenag dan LPTK dapat mengetahui apa yang berhasil, apa yang perlu ditingkatkan, dan bagaimana membuat PPG menjadi lebih efektif di masa mendatang.
Kedua, Suyitno menantang Forum Dekan untuk menciptakan inovasi yang dibutuhkan masyarakat di era digital. Ia secara spesifik menyebut perlunya "platform pembelajaran digital yang dapat diakses oleh publik."
Bayangkan, jika LPTK-LPTK ini berkolaborasi dan menciptakan sebuah platform yang berisi materi, modul, dan metode mengajar inovatif hasil riset mereka, ini akan menjadi sumber daya yang sangat berharga bagi seluruh guru PAI di Indonesia, bahkan yang tidak mengikuti PPG. Inovasi semacam ini akan memperluas dampak PPG jauh melampaui 42.878 guru yang dibiayai APBN, menjadikannya sebuah warisan sejati bagi kemajuan Pendidikan Islam.
Ringkasan dan Ajakan Bertindak: Dukung Transformasi Guru PAI!
Keputusan Kemenag menggelontorkan Rp34,3 miliar untuk PPG adalah sebuah komitmen kuat yang perlu kita apresiasi. Kita telah melihat bahwa:
Anggaran besar ini ditujukan untuk 42.878 guru PAI agar mereka dapat segera mendapatkan Tunjangan Profesi.
PKB massal dan dorongan percepatan pencairan dilakukan untuk menjamin kelancaran dan serapan anggaran.
Kemenag menekankan PPG bukanlah formalitas, menuntut LPTK membekali guru dengan kemampuan profesional yang memadai.
LPTK didorong untuk melakukan riset dan menciptakan inovasi digital sebagai warisan abadi.
Ini adalah sebuah investasi besar dalam kualitas sumber daya manusia yang akan membentuk karakter generasi muda kita. Jika Anda adalah bagian dari komunitas pendidikan, dukunglah inisiatif ini. Jika Anda adalah guru PAI, gunakan kesempatan ini untuk menjadi yang terbaik. Dan jika Anda adalah orang tua, percayalah bahwa Kemenag sedang bekerja keras untuk memastikan anak Anda dididik oleh guru yang paling profesional.